Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Tepat dan Cermat Waktu

23 Oktober 2017   09:42 Diperbarui: 23 Oktober 2017   10:01 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar Hidup Tepat Waktu di Negeri Orang
Peribahasa :"Biar lambat, asal selamat " atau " Takkan lari gunung dikejar" sudah out of date di zaman serba canggih ini. Karena gunung memang tidak akan beranjak dari tempatnya, tapi kereta api tidak menunggu penumpang. Filosofi tersebut sudah seharusnya di upgrade,mejadi :"Cepat dan cermat dan dapatkan"

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tepat dan Cermat Waktu
Tadi pagi, jam 3.30 subuh, kami sudah bangun. Mandi dan sarapan, serta secangkir capucinno. Kemudian memastikan semua barang yang perlu dibawa sudah berada dalam tas, memadamkan lampu dan kami bergegas keluar rumah. Jalan kaki menuju ke Perhentian Bis yang jaraknya hanya sekitar 200 meter dari rumah. Pas kami tiba, bus Transperth dengan nomor dinding 470 tiba. Kami langsung naik, mengucapkan selamat pagi dan duduk. Penumpang hanya beberapa orang, karena masih terlalu pagi .Tapi karena kami harus datang tepat waktu di Stasiun Kereta Api Joondalup, maka subuh kami sudah naik bus. Tepat sesuai jadwal tertulis 05.52 bus berangkat menuju ke Stasiun Kereta api. Syukur lalu lintas masih sepi.

Begitu tiba di Stasiun Kereta api, kami turun dari bus dan langsung menapakkan kaki di eskalator. Baru satu detik menginjakkan kaki di tangga berjalan ini dari kejauhan tampak kereta api tiba. Lampu kuning menyala dan tertera disana bahwa 1 menit lagi kereta api akan berangkat. Kami buru buru turun dan dengan setengah berlari menuju ke gerbong kereta yang sudah berhenti. Begitu penumpang selesai keluar, kami masuk dan belum sempat duduk, sudah terdengar suara komputer: "doors closing" dan dalam hitungan 3 (tiga) detik, pintu tertutup secara otomatis. Kereta melaju menuju ke Perth Center Train Station. Kalau kami terlambat 1 atau 2 detik saja, maka berarti harus menunggu 10 menit lagi kereta api berikutnya.

Setibanya Di Stasiun Kereta Api Perth
Setibanya di Stasiun Perth,ritual yang sama terulang lagi, tapi kali ini harus lari lebih jauh, yakni sekitar 500 meter karena Plaform 8 yang kami tuju untuk ke East Perth, berada disana. Istri saya bilang: "7 menit lagi ,kita harus lari". Maka larilah kami pasangan gaek ini, sambil masing masing menyandang beban.  Sebagai kepala rumah tangga, maka wajarlah beban saya lebih berat, Yakni satu tas berisi pakaian, kelengkapan charging laptop dan Hp, serta beragam makanan kecil lainnya. Karena kami menuju ke Kalgoorie ,untuk pertama kalinya. Walaupun dulu pernah juara 2 marathon, tapi ternyata kini cuma lari 500 meter dengan beban di pundak sekitar 20 kilogram, membuat nafas saya iramanya mulai menanjak satu oktaf. Istri saya kebagian bawa tas sandangnya dan sebuah lapton.

Aduh, ternyata eskalator lagi diperbaiki dan kami harus lari mendaki tangga darurat dengan kemiringan 45 derajat (maaf ini dilebih lebihkan sedikit ,supaya seru). Lari ..lari ..lari.. dan akhirnya tiba tepat waktu. Pengumuman lewat alat pengeras suara agar semua penumpang yang akan berangkat ke Kalgoorie,agar segera memasukki gerbong kereta api. Karena kereta akan segera diberangkatkan.

Check In Yang Sempat Mendebarkan
Sebelum masuk, tentu harus check in, karena ini perjalanan wisata. Istri saya menunjukkan tiket kami kepada Petugas. Dan petugas memeriksa. Keningnya tampak berkerut. Menyaksikan ini,tanpa sadar, kening kami juga berkerut. Ada apa sih dengan tiket kami? Tapi syukurlah sport jantung hanya berlangsung singkat, karena kemudian tampak wajah Petugas wanita tadi berubah cerah. Sambil minta maaf, karena tertulis disana :"Effendi Tjiptadinata", sedangkan di tiket tertulis :"Tjiptadinata Effendi" Kami bernafas lega dan bergegas masuk kedalam gerbong kereta api, yang tampak tak ubahnya dengan ruang di pesawat terbang.

Nah, bagi yang merencanakan untuk berpergian atau tinggal di negeri orang, mungkin tulisan ini ada manfaatnya. Setidaknya untuk memperkaya khasanah pengetahuan umum, bagaimana menjalani hidup di negeri orang.


Ditulis diatas kereta api yang sedang melaju menuju ke Kalgoorie, 23 Oktober,2017
Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun