Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Rumah Sakit Umum di Australia

29 Februari 2016   15:05 Diperbarui: 1 Maret 2016   02:11 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokter dan perawat menjalankan tugas mereka dengan penuh perhatian. Pasien bisa nonton video, sambil bareng, hanya suaranya di matikan agar tidak saling menggangu. Menu makan setiap hari, tak beda dengan menginap di hotel. Pasien boleh memilih, mau sarapan apa, makan siang dan makan malam. Bagi pasien yang diabetes dan hipertensi ada menu khusus. 

Lumayan, sebulan saya menginap disana dan ketika diijinkan pulang, hati saya sudah kebat kebit, menghitung biaya perawatan, nginap sebulan.- X ray- Ct scan- MRI- Blood test- Infus berbotol botol- antibiotic – meal – obat obatan.

Terbayang oleh saya, minimal 200 juta rupiah akan melayang. Ternyata benar, tagihan totalnya $.19.789,50 atau senilai lebih dari 200 juta rupiah.

Putra kami yang khusus datang dari Perth mengatakan:” Pa, semua rekening saya yang bayar”. Saya sangat terharu, putra dan putri kami sangat peduli pada kami, tanpa diminta.

[caption caption="Foto - tjiptadinata Effendi"]

[/caption]

Sepenuhnya Ditanggung Pemerintah
Pada waktu itu, bagi saya adalah pengalaman pertama menginap dirumah sakit Australia. Ketika saya dinyatakan sudah sembuh dan boleh pulang untuk istirahat dirumah, tentu saja merupakan hal yang sangat disyukuri.

Ketika mau melunaskan tagihan, ternyata hanya diminta untuk menanda tangani saja. Menurut Petugas, karena saya memiliki Senior Card sebagai penduduk Australia, maka seluruh biaya perawatan saya termasuk tinggal dan makan disana, akan ditagih pada pemerintah melalui Centrelink. Sehingga pada waktu itu, sekaligus ada dua kegembiraan besar, yakni saya dinyatakan sembuh dan boleh pulang dan sekaligus saya tidak membayar satu senpun untuk biaya perawatan yang berjumlah sekitar 200 Juta Rupiah.

Semoga kelak di Indonesia, juga bisa diterapkan pelayanan seperti ini. Karena sesungguhnya negeri kita jauh lebih kaya raya dibandingkan dengan Australia yang sepertiga dari luas tanahnya adalah padang pasir tandus.

 

29 Feb. 16

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun