Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Imlek Tempo Dulu dan Kini

19 Februari 2015   06:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14242773101933375913

[caption id="attachment_369624" align="aligncenter" width="572" caption="pohon angpau/tjiptadinata effendi"][/caption]

Perayaan Imlek Dalam Komunitas Tionghoa Dimasa Kini

Tahun baru Imlek tempo doeloe, merupakan hari yang dinantikan setiap tahun. Begitu besar makna Imlek bagi setiap warga keturunan Tionghoa,sehingga jauh hari sebelum hari :’H” nya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Dimulai dari menjahit pakaian untuk Imlek, mengumpulkan uang untuk membeli sepatu baru dan dua minggu sebelumnya kaum wanita sudah mempersiapkan bahan bahan yang diperlukan untuk memasak kue kering. Mulai dari menjemur tempurung kelapa, karena apinya sangat baik untuk memasak kue kue kering.

Beragam kue,semisal : kue semprong ,yang di Sumatera Barat dengan istilah kue sepit atau kue jepit,karena dipanggang dengan menggunakan jepitan besi.Ada kue kenari, kue semprit dan kue mentega,serta kue keju.Bagi yang ekonominya lebih mapan, biasanya menyediakan kue dalam berbagai variasi.

Anak-anak “Menambang Angpau”

Khusus bagi anak anak,tahun baru Imlek ini,merupakan hari “panen raya”. Karena ada kesempatan ‘menambang angpau”.Artinya,sejak dari pagi hari ,sudah rapi dengan baju baru dan sepatu baru,mulai mendatangi setiap rumah tetangga yang merayakannya, Kemudian menyusul kerumah kerabat. Selesai menambang angpau dan sudah kembali kerumah masing masing, semua hasil tambang angpau dikeluarkan dan dihitung bersama sama. Mereka akan saling membanggakan diri,siapa saja yang paling banyak mendapatkan angpau.

Sedangkan bagi para orang tua,sejak sedini mungkin sudah kebank untuk menukarkan uang kertas baru dengan pecahan 100 rupiah, 500 rupiah dan 1000 rupiah,berdasarkan keuangan keluarga.Pokoknya hari Tahun Baru Imlek tempo doeloe sungguh sungguh merupakan hari yang penting dan ditunggu tunggu oleh setiap warga Tionghoa

Yang Berhak Menerima Angpau

Setiap anak yang belum menikah,berhak mendapatkan angpau ,baik dari orang tua sendiri,maupun dari kerabat dan para tetangga. Sedangkan bagi orang tua ,yang anak anaknya sudah berkeluarga dan hidup mapan, sebaliknya memberikan angpau kepada orang tuanya.Tentu saja jumlah nominal yang diberikan ,jauh lebih besar daripada angpau untuk anak anak

Acara Penghormatan

Sebelum menerima angpau,maka setiap anak harus memberi hormat baik kepada orang tua,dengan jalan memberikan :” soja” ,yakni kedua belah tangan dirapatkan di depan dada dan menghadap kepada orang tua atau yang lebih tua. Bahkan bagi pasangan muda mudi yang baru menikah ,ada acara “soja dan kui”,semacam sungkem kepada orang tua.

Ritual Sehari sebelum Imlek

Sehari sebelum Imlek disebut :"Tahun Baru Kecil" .Sebelumnya ada acara "Sembahyang Tuhan" ,dengan mempersembahkan kambing atau babi bulat. Yang setelah selesai upacara sembahyang, maka dagingnya akan dibagi bagikan kepada tetangga.

Sehari sebelum hari tahun baru Imlek, tidak boleh ada yang menyapu rumah, karena dipercayai ,akan membuang rejeki. Tahun baru Imlek, dimanfaatkan juga untuk saling kunjung dan saling memaafkan dan sekaligus menerapkan hidup berbagi .

Imlek Dimasa Kini

Pada jaman kini, Imlek sudah kehilangan maknanya. Yang tersisa hanyalah perayaan di luar,berupa barongsai dan berbagai aktraksi lainnya dan tentunya tak lupa acara shopping besar besaran.

Bahkan banyak kaum muda ,yang sama sekali tidak memikirkan lagi tentang Imlek dan tidak lagi mengunjungi tetangga, serta kerabat karena merasa sudah cukup dengan SMS saja.Begitu juga sebaliknya, para orang tua dijaman sekarang, bahkan ada yang lupa kapan jatuhnya hari Imlek. Acara memberikan hormat dengan :"Soja" sudah jarang dilakukan. Kaum muda bahkan tidak segan-segan menyalami seperti menyalami sesama teman. yang dimasa dulu, dianggap sangat tidak sopan. Tidak ada lagi persiapan masak memasak kue, bahkan sejak beberapa tahun belakangan , orang sudah tidak lagi saling kunjung antar tetangga.

Dalam kata lain, Imlek di Jaman kini,sudah mengalami perubahaan akan makna dan esensialnya, yang tersisa hanyalah acara seremonialnya yang masih tetap bertahan, hanyalah pemeluk agama budha atau Kong Hoe Cu dengan tetap melakukan ritual ,sesuai dengan ajaran agamanya. Sedangkan yang beragama lain, sudah tinggal gambaran yang samar-samar tentang arti dan makna Imlek.

Masih bersyukur, sejak Presiden Gus Dur mengijinkan perayaan Imlek, maka barongsai sudah mulai dihidupkan kembali.Selamat Tahun Baru Imlek bagi yang merayakan. Semoga tahun Kambing ini membawa damia dan sejahtera bagi semua umat



Kemayoran,18 Pebruari, 2015

Tjiptadinata Effendi


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun