Smart grid teknologi tidak hanya menguntungkan pihak konsumen, pihak perusahaan listrik harusnya juga mampu memanfaatkan keekonomiannya.
Belajar dari perusahaan listrik China dalam penerapan smart meter, mereka tidak hanya mengeluarkan investasi yang besar tetapi mereka juga berhasil memdapatkan benefit dengan menurunnya lossesnya dari 7% menjadi 5% dan dengan membaiknya kinerja transmisi tersebut benefitnya dikembalikan kepada masyarakat berupa penurunan tarif listrik hingga menjadi Sekitar 7cent/kwh dan bandingkan dengan kita yang sekitat 10cent/kwh.
Dengan adanya digitalisasi dan modernisasi pada sektor pembangkitan, fungsi control center akan menjadi lebih kuat dalam mengatur pemanfaatan sumber energi-energi murah untuk membangun profit margin yang lebih besar bagi perusahaan listrik.
Tingkat advance dari pemerapan smart grid adalah rekonfigurasi sistim jaringan listrik dari pendekatan remote generation kepada distributed generation.
Kalau saat ini kita melakukan evakuasi daya dari timur ke barat dengan jarak 1000km dengan losses 8% ditransmisi daya dengan segala resikonya diperjalanan, kemudian mulai menggunakan konsep island yang berbasis self-sufficient atau swasembada energy.
Sistim keistrikan dibangun mulai dari small grid, medium grid, large grid dan island yang dijembatani interkoneksi antar island hanya untuk menjaga kesetabilan sistim.
Akhirnya sebelum kita melangkah jauh terhadapa euforia smart grid berupa modernisasi dan digitalisasi sistim kelistrikan, ada baiknya kita amati percaturan dunia penggunaan fatal dari Internet of Thing dari smart grid.
World news berulang kali memberitakan bagaimana kerepotan pemerintah Iran menlindungi situs Nuklir dan pembangkit listriknya, setiap hari ada ratusan ribu cyber attacks yang harus dihadapi fire-wallnya.
Sekali waktu kita membaca berita terjadinya balckout di beberapa kotanya atau pembangkit yang tiba-tiba terbakar. Kejadian ini akan berlanjut dengan berita yang sama terjadinya black out dan terbakarnya kapal induk yang sedang parkir di Amerika. Para analis mengkaitkanya dengan cyber-war diantra kedua negara tersebut.
Pertanyaannya kembali kepada kita apakah kita sudah siap jika suatu saat seorang anak sekolah yang sedang belajar programing di rumahnya dan tanpa sengaja mematikan sebuah exciter generator PLTGU.
Sebelum memperkenalkan digitalisasi dari IoT ada baiknya kita mempersiapkan cyber security yang berisi cyber army yang terlatih.