I am MAT#14 (Officially)
Konon kabarnya SMUT atau SMA Plus Muthahari adalah sekolah pertama ditanah air yang menggunakan kata Plus pada namanya. Sejak didirikan tahun 1992, SMUT menerapkan 3 kurikulum dalam program belajar dan mengajar. Disamping kurikulum Nasional, ada dua tambahan (plus) kurikulum lagi yang digunakan yaitu Kurikulumm Sekolah dan Kurikulum Murid/Siswa.
Kurikulum Sekolah menerapkan metode “21st Century Learning” yang dijabarkan dalam beberapa pelajaran yang bertujuan menjadikan anak didik/siswa berlatih menjadi - independent thinker, problem solver & decision maker.
Kurikulum Murid, dikembangkan oleh murid/atau siswa melalui klub/tim sesuai dengan minat dan bakat setiap anak. Slogan SMA Plus Muthahari adalah Sekolah Para Juara, bukan saja karena lulusannya merebak diberbagai universitas dan kampus ternama didalam dan luar negeri tetapi karena di sekolah ini diyakinkan setiap anak adalah juara dibidangnya.
Beberapa klub yang sudah terbentuk diantaranya Cermin Ide (Seni), Muthahhari Rescue Team, Angklung Sympony, SMUT United, Pramuka, Teater Timbang, OSIS dan Motahhari Adventure Team (MAT).
MAT atau Motahhari Adventure Team adalah klub pecinta alam yang dibentuk bagi siswa yang ingin mengembangkan dirinya untuk lebih mengenal alam sebagai jalan untuk mengenal Tuhannya. Itulah makanya MAT juga disebut juga dalam rangkaian kata Manusia-Alam-Tuhan.
Sebenarnya keterlibatan dalam DIKSAR MAT ke 14 yang diselnggarakan pada tanggal 22 s.d 24 Juli 2016 ini bukanlah karena minat dan bakat tetapi lebih karena - the least choice available to be make.
Mungkin saya termasuk tipe karakter yang lebih nyaman berada dibackstage ketimbang onstage. Bukankah pak Jalal juga pernah bercerita kalau negeri ini selalu sibuk dengan pendidikan leadership namun lupa memperkenalkan konsep pendidikan followership. Ada saatnya kita lebih nyaman berkhidmat untuk orang-orang yang tampil didepan.
Namun walaupun itu bukan minat atau bakat kita, bukanlah berarti kita tidak bisa menikmati dan menarik pelajaran didalamnya. Mengikuti program MAT memberikan banyak manfaat dalam pembentukan fisik dan mental menjadi lebih tangguh, disamping mengisi sisi spiritual seseorang.
Acara pertama MAT merupakan pelepasan dan doa pemberkatan dari ustMif sebagai kepala Sekolah, dan keesokan paginya kami diantar dengan chartered angkot ke kaki gunung yang berjarak sekitar 25 km kearah utara dari SMUT menuju Gunung Manglayang. Program MAT angkatan 14 ini adalah menaklukan puncak gunung dengan ketinggian 1800 mdpl dengan melintasi tiga puncak bukit dan bermalam disana, kemudian kembali ke SMUT di Jalan Kampus-II dengan berjalan kaki.
Hal yang menarik dan paling menyenangkan dari kegiatan MAT ini adalah antusiasme para alumni yang mendampingi dan memberikan materi sepanjang tahapan petualangan kami. Walaupun peserta MAT angkatan 14 ini hanya 4 orang, namun kami selalu didampingi para alumni yang datang dan pergi lebih dari 12 orang. Suasana kekeluargaan yang kental dan jauh dari kesan perpeloncoan.
Hal yang terberat pada kegiatan ini adalah pada phase-phase awal, ketika kami harus mulai memdaki dengan beban perbekalan yang penuh. Beberapa kali kami berhenti untuk mengumpulkan tenaga dan bayang-bayang keputus asaan untuk angkat tangan dan give-up. Sejak awal perjalanan kami membekali diri dengan 3 botol besar air mineral yang banyak membantu pendakian yang melelahkan ini. Ketiga botol itu ternyata juga ikut membebani disamping menawarkan penyegaran. Inti semua keberatan yang kami alami adalah kurangnya latihan fisik dan stamina yang tidak memadai.
Hal terindah yang kami dapatkan dipuncak gunung itu adalah menemukan sumber mata-air yang jernih yang merupakan “Spring-water of Bandung” yang dapat diminum langsung, air itu juga kami gunakan untuk memasak dan re-fill ketiga botol untuk perjalanan kembali keesokan harinya.
Hal unik dalam cara memasak makanan dalam petualangan ini, kami membuat kompor sendiri dari kaleng bekas minuman bersoda dan menggunakan bahan bakar dari spiritus yang kami bawa. Cara ini lebih bersahabat bagi alam ketimbang memasak dengan menggunakan kayu bakar yang ada dialam, ketika kita teledor meninggalkan bara apinya dapat mengakibatkan kebakaran hutan.
Disaat-saat kepayahan dalam pendakian, seorang temen bertanya mana yang lebih berat menaklukan puncak gunung ini atau ritual Arbain Imam Hussein yang berjalan kaki dari Najaf ke Karbala sejauh 90 km. Bagiku perjalanan 25 km MAT ini terasa lebih berat, tidak hanya karena mendaki dengan penuh beban tetapi kita berjalan sendiri di alam yang sepi mencari keberadaan eksistensi diri dan Tuhan. Sementara dalam ritual Arbain kita berjalan dalam bimbingannya, bersama 25 juta pecinta Al Hussein dan dilayani jutaan penduduk Irak yang mencukupi kebutuhan makan, minum dan tenda-tenda peristirahatan.
Akhirnya, hal yang paling mengembirakan dari semua itu adalah keberhasilan kami kembalu mencapai SMU Plus Muthahari pada jam yang ditentukan (pukul 19.00 WIB) dan disambut dengan upacara resmi pelantikan sebagai anggota MAT bersama orang-orang yang kami cintai.
@echaStory#04, 24Juli2016, Bandung, Kampus-2#13