Mohon tunggu...
Tasia Rosalina
Tasia Rosalina Mohon Tunggu... -

Exploring environmental engineering student. Currently studying at Surya University.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melihat Praktik Kota Ekologis Surabaya di Pusat Daur Ulang Jambangan

19 Juli 2018   07:00 Diperbarui: 19 Juli 2018   11:56 4113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pose tiga jari yang bisa berarti "zero, waste!" dan "reduce, reuse, recycle!"

Kesemerawutan ibukota Jakarta sudah menjadi pemandangan sehari-hari kehidupan saya sejak 12 tahun lalu. Arus urbanisasi yang semakin meningkat tiap tahun sangat terasa membuat Jakarta semakin sesak, dan tentu saja berdampak pada meningkatnya jumlah sampah. Hingga saat ini jumlah sampah Jakarta per harinya telah mencapai 7000 ton sesuai dengan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta (2018). Bila hanya sebagian kecil yang terpilah dengan baik, dapat dibayangkan berapa banyak sampah yang harus dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA), belum termasuk berapa jumlah sampah yang dibuang sembarangan dan mengancam keseimbangan lingkungan kota.

Masalah ini tentu saja membuat kita mempertanyakan apakah kota ini masih akan layak untuk dihuni di masa depan. Namun, herannya saya tidak berpendapat demikian saat saya berkunjung ke kota besar kedua setelah Jakarta, Surabaya di akhir bulan Juni lalu. Kota ini membuat saya sebagai orang Jakarta iri dan terinspirasi

Bagaimana mereka bisa membuktikan perkembangannya yang pesat dapat diimbangi dengan kualitas lingkungan hidupnya - dari tata kota yang hijau dan ramah pejalan kaki, mudahnya menemukan tong sampah terpisah organik dan anorganik di tempat umum, banyaknya taman kota dan monumen perjuangan yang menjadi corak campuran sejarah dan modernitas di kota pahlawan, sampai ada inisiatif transportasi "Suroboyo Bus" yang sistem pembayarannya bisa menggunakan sampah botol plastik. Tidaklah heran apabila kota ini meraih empat penghargaan lingkungan tingkat nasional sekaligus di tahun 2017.

Salah satu tong sampah terpisah di Taman Bungkul, Surabaya.
Salah satu tong sampah terpisah di Taman Bungkul, Surabaya.
Hal ini tercermin sesuai dengan visi kota Surabaya, yaitu "mewujudkan Kota Sentosa yang Berkarakter dan Berdaya Saing Global Berbasis Ekologi." Salah satu isu prioritas lingkungan hidup Kota Surabaya adalah mengoptimalkan sistem pengelolaan persampahan secara terpadu berbasis peran serta masyarakat. 

Pengelolaan sampah terpadu ini sangat menerapkan prinsip 3R (reduce reuse recycle), yang tujuan utamanya mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang di TPA. Beruntungnya kemarin saya berkesempatan "ngebolang" melihat salah satu praktik nyata fasilitas daur ulang terpadu di Surabaya, yaitu Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan. (Sebelumnya terima kasih kak Agnesia Walandouw dari komunitas Seasoldier Surabaya sekaligus leader WCD Jatim yang sudah merekomendasikan saya dan kak Andi L. Panarang (rekan ngebolang saya dari core team World Cleanup Day Indonesia) untuk berkunjung ke sini :)).

Bagian depan PDU Jambangan.
Bagian depan PDU Jambangan.
Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan ini merupakan proyek kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak Juni 2016. PDU ini terletak di dekat jalan tol Surabaya-Porong, sekitar 30 menit dari pusat kota Surabaya. Setelah sampai, saya langsung bertemu pak Warsito selaku koordinator PDU ini, dan juga sempat bertemu dengan Pak Adi "motivator lingkungan" dari Dinas Kebersihan Surabaya.

PDU ini mengelola sampah 2 RT di kelurahan Jambangan dengan kapasitas 20 Ton/hari. Tentu saja pengelolaan sampah ini dimulai dengan prinsip reduce atau pengurangan sampah dari sumbernya, yaitu melalui pemberdayaan bank sampah dan sentra kerajinan daur ulang di Jambangan. Warga di RT kelurahan Jambangan secara partisipatif melakukan pemilahan sampah yang dimulai dari dua jenis, yaitu organik dan anorganik. Sampah organik ditempatkan ke dalam ember khusus, sedangkan anorganik dimasukkan ke dalam kresek dan tempat sampah.

Terdapat dua unit pengolahan sampah di PDU Jambangan, yaitu: (1) Unit pengolahan sampah organik menjadi kompos, dan (2) Unit pemilahan sampah anorganik.

1. Pengolahan sampah organik menjadi kompos
Sampah organik yang diolah umumnya berasal dari sampah dapur, sisa makanan, dan daun-daun atau ranting kering. Fasilitas pengolah sampah organik yang terdapat pada PDU Jambangan adalah mesin pencacah, mesin pengayak, timbangan, dan unit pengolahan menggunakan dengan larva/belatung lalat hitam (Black Soldier Fly / BSF).

Alat pengayak di rumah kompos PDU Jambangan
Alat pengayak di rumah kompos PDU Jambangan
Tumpukan sampah organik di rumah kompos PDU Jambangan.
Tumpukan sampah organik di rumah kompos PDU Jambangan.
Sampah organik kering seperti daun-daun, ranting dan sebagainya akan diayak berdasarkan ukurannya dan kemudian dicacah supaya mempermudah proses pengomposan, menjadi seperti berikut:

Hasil pencacahan menjadi butiran yang lebih halus.
Hasil pencacahan menjadi butiran yang lebih halus.
Kompos yang sudah jadi biasanya dijadikan pupuk yang dapat dimanfaatkan warga secara gratis, hanya dengan menunjukkan KTP Surabaya atau digunakan untuk keperluan taman kota oleh Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun