Mohon tunggu...
Tjatur Piet
Tjatur Piet Mohon Tunggu... Swasta -

Saya biker...

Selanjutnya

Tutup

Money

Berkaca pada Puerto Rico

3 Agustus 2015   08:50 Diperbarui: 3 Agustus 2015   09:01 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badan PBB yang mengurus masalah pembangunan yaitu UNDP (United Nation Development Program) membagi negara-negara di Bumi ini menjadi 3 kategori yaitu negara maju, negara berkembang dan satu lagi adalah negara gagal. 

Pedoman pengelompokan kategori itu salah satunya adalah pendapatan perkapita penduduk negara yang bertalian. Dari ke tiga kategori tersebut, negara Indonesia masih terus masuk kategori negara yang berkembang, walaupun sudah berpuluh tahun tetapi tetap patut kita syukuri karena baru kemarin kita ketahui bersama salah satu negara di benua Eropa yaitu negara Yunani dinyatakan bangkrut karena tidak bisa membayar utang yang jatuh tempo.

Barusan saya baca ternyata ada satu lagi negara yang kemungkinan tidak bisa membayar hutang yang jatuh tempo dan kemungkinan akan bernasib sama dengan negara Yunani yaitu negara  Puerto Rico, sebuah negara persemakmuran Amerika, negara kecil yang luasnya hanya 9.100 km dengan penduduk yang hanya 3,5 juta jiwa. Hutang itu sendiri tidak besar "hanya" sebesar Rp 783 milyar, sebuah jumlah yang kecil dari jumlah total hutang yang sebesar Rp 972 Trilyun. Penyebab besarnya hutang adalah borosnya penggunaan energi dan kecilnya investasi di negara tersebut. Yang menarik perhatian saya adalah penyebab dari ketidakmampuan membayar hutang tersebut. kebijakan energi yang tidak efisien, Impor minyak mentah negara kepulauan tersebut sangat mahal untuk menyediakan listrik bagi warganya. Padahal negara yang terletak di wilayah Karibia lainnya telah mencampurkan sumber energinya, tak hanya memakai Bahan Bakar Minyak (BBM) tetapi mereka juga memakai tenaga surya dan angin, selain  menggunakan gas alam, dengan demikian pasokan listrik tetap ada dan efektif.

Dari luas dan jumlah penduduk, dan tentu saja kekayaan alam, negara Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara Puerto Rico, kita menang segala-galanya termasuk sepakbolanya walau beda sedikit, Indonesia di peringkat 155 dan Puerto Rico 161 (posisi 4 Juni 2015).

Namun bagaimana kebiasaan Masyarakat Indonesia ??

Pada bulan November 2014 ketika masih awal menjadi Presiden, Jokowi dalam sambutan di Acara Kompas  100 CEO Forum di Jakarta, menyatakan bahwa Subsidi BBM selama 5 tahun sebesar  Rp 714 triliun, sementara kesehatan Rp 202 triliun, infrastruktur Rp 577 triliun. Beliau menekankan bahwa subsidi sebesar itu sangat-sangat boros dan  menyayangkan bahwa selama ini tidak kita sadari. Itulah makanya beliau kemudian mengurangi subsidi BBM, sebuah keputusan yang sangat berani dan mengakibatkan protes bahkan cacian dimana- mana , dan dengan tegas beliau membubarkan Petral dan hal lain adalah menggenjot investasi, untuk investasi sebagian besar diharapkan peran serta pengusaha swasta Indonesia ambil bagian tetapi para pengusaha masih banyak yang menunggu.

Demikian juga untuk penyediaan energi listrik, karena penggunaan panas bumi baru 5 persen maka Pemerintah menjanjikan insentif khusus, "Jika anda memiliki listrik yang dapat dijual ke PLN, jika batubara dihargai US$ 7 sen per jam, maka kalau energi hijau US$ 9 sen per jam, dan geothermal US$ 10 sen per jam. Ini yang kami berikan bagi investasi yang ramah lingkungan," kata JK.

Masyarakat Indonesia memang masih banyak yang belum sadar, masih mengira bahwa Minyak Bumi Indonesia masih melimpah ruah, begitu juga kekayaan alamnya namun banyak yang belum sadar bahwa kita sekarang bukan negara penghasil minyak yang bisa mencukupi kebutuhan negerinya sendiri, batubara untuk listrik akan habis, alternatif angkutan barang melalui laut lebih hemat, naik kendaraan umum dan jalan tol dibangun untuk supaya bisa menghemat BBM karena bisa diperkirakan kemacetan di Jakarta sebulan saja bisa memboroskan BBM puluhan atau ratusan milyar, dan kekayaan alam kalau dikelola secara tidak baik dan benar akan cepat hilang.

Pemerintah sekarang terlihat sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan termasuk bagaimana bisa menghemat pengeluaran atau mencari alternatif pendapatan. Kebijakan-kebijakan strategis dikeluarkan, banyak yang belum dilaksanakan sudah ditanggapi dengan sikap negatif , menurut saya silakan dikritisi karena kalau hanya kritik tanpa membangun itu sebuah tindakan yang tidak gentle, apalagi kritik dengan tindakan destruktif. Tugas kita adalah turut serta membantu pemerintah mewujudkan itu karena semua kembali kepada masyarakatnya, sekaya apapun negara kalau masyarakatnya mempunyai pola hidup boros maka bisa saja terjadi seperti negara Puerto Rico, tidak bisa membayar hutang yang jatuh tempo. Apakah kita mau masuk ke dalam kategori negara gagal ??  So,Bersediakah kita untuk membantu Negara kita ini ??

Kalau tidak bisa menjadi solusi jangan menambah problem, kata Kang Emil..

Semoga kita termasuk orang yang bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun