Mohon tunggu...
Tjatur Piet
Tjatur Piet Mohon Tunggu... Swasta -

Saya biker...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku dan RRI

11 September 2015   08:26 Diperbarui: 11 September 2015   10:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini 11 September 2015, 70 tahun yang lalu berdiri sebuah lembaga penyiaran Publik yang dikenal dengan nama Radio Republik Indonesia. Dengan semboyan yang sudah sangat dikenal "Sekali di Udara Tetap di Udara", kita harus mengapresiasi selama ini RRI memang tidak pernah berhenti mengudara. Dapat kita bayangkan betapa berat perjuangan para pengelola RRI pada saat-saat pertama berdiri, di saat negara Republik Indonesia juga baru merdeka dan musuh baik penjajah dan juga beberapa pemberontakan masih belum hengkang dan juga belum membuat negara aman. Kalau Anda masih ingat film G30S PKI, Gedung RRI menjadi salah satu sasaran utama yang dikuasai para pelaku G30S PKI, setelah RRI dikuasai, di bawah todongan senjata salah satu penyiar menyampaikan berita bahwa pelaku G30S telah menggagalkan rencana kudeta yang akan dilakukan "Dewan Jendral", dapat dibayangkan bagaimana perasaan para petugas RRI yang pada saat itu  terancam jiwanya, syukurlah kejadian itu tidak berlangsung lama akhirnya RRI dapat diamankan kembali.

Saya sendiri mempunyai kesan yang sangat dalam dengan RRI, pada tahun 80-an  terkenang salah satu nama penyiar yang selalu menghiasi siaran langsung olah raga melalui radio RRI terutama sepak bola dan bulutangkis. Beliau siapa lagi kalau bukan Bapak Sambas Mangundikarta. Suara baritonnya yang khas sampai sekarang masih terngiang di telinga saya.

Setiap ada siaran pandangan mata baik pertandingan bulu tangkis ataupun sepakbola, kami para tetangga berkumpul bersama di jalan depan rumah mendengarkan radio bersama, Bapak Sambas sangat pintar sekali mengaduk-aduk emosi pendengar sehingga kami seperti sedang melihat langsung jalannya pertandingan, suasanapun bercampur aduk menjadi satu perasaan  tegang, lucu, sedih, menangis teriakan-teriakan senang ataupun kecewa keluar secara spontan sehingga menjadi seru. Sudah lama beliau kembali kepadaNya, saya hanya berdoa semoga tempat  beliau ada disisiNya.  Aamiin..

Sekarang entah sudah berapa puluh tahun saya tidak pernah lagi dengan sengaja mendengar siaran dari RRI, ketika Radio swasta muncul di saluran FM, kemudian televisi swasta juga  bermunculan ditambah tiap pagi koran langganan sudah ada dihadapan saya, RRI bukan menjadi pilihan saya lagi. 

Sekarang bahkan koran atau berita cetak sudah jarang saya baca karena dengan gadget tablet di tangan saya semuanya menjadi bertambah lebih mudah, saya bisa membaca berita kapanpun termasuk bisa melihat apa yang RRI lakukan, manajemen RRI memang telah berinovasi dengan ikut hadir di media digital dengan portal www.rri.co.id , para pemirsa tetap dapat mengikuti berita dari RRI..Salut...

Dirgahayu ke-70 RRI, tetaplah "Sekali di Udara Tetap di Udara".

Salam sukses...

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun