Mohon tunggu...
Tjan Sie Tek
Tjan Sie Tek Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha, Konsultan, Penerjemah Tersumpah

CEO, Center for New Indonesia; Sworn Translator, member The Indonesian Translators Association (Ind. HPI)

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rupiah & Obligasi RI semakin kuat

3 Maret 2019   16:45 Diperbarui: 3 Maret 2019   19:32 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Indonesia yang sedang beruntung

1.1 Lembaga-lembaga negara bekerja sama dengan harmonis

Indonesia adalah salah satu negeri yang paling beruntung, terutama selama 5 tahun terakhir ini. Keberuntungan itu terlihat dari kerja sama yang baik di antara lembaga-lembaga negara. Dalam bidang ekonomi, Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), sebagai dua lembaga penentu utama nasib ekonomi dan nilai rupiah terlihat harmonis dan bekerja sama sangat erat. Misalnya, selama tahun 2018, ketika the Fed (bank sentral defakto AS) menaikkan suku bunga jangka pendek untuk dananya, BI secara proaktif menaikkan suku bunga pinjaman jangka pendeknya bahkan sebelum the Fed melakukan yang sama untuk menjaga kurs IDR/USD. Pemerintah mengimbanginya dengan melakukan berbagai macam upaya untuk juga menjaga kurs tersebut, antara lain, dengan mengurangi impor barang-barang konsumsi dll yang tidak terlalu penting.

Di negeri lain, misalnya, India, pemerintah dan bank sentralnya saling bertentangan. Misalnya, untuk mendorong ekonomi, pemerintah India minta bank sentral India (RBI) menahan atau bahkan menurunkan suku bunga acuannya, yang jika dilakukan akan menjadikan kurs rupee terhadap USD dll turun. Tetapi, RBI memilih langkah yang dipuji oleh banyak ekonom dan analis, yaitu  menaikkan repo rate-nya (suku bunga repo, yaitu suku bunga yang dikenakan oleh RBI kepada bank-bank yang meminjam uang darinya), yaitu dari 6% menjadi 6,25% pada Juni 2018, yang pertama selama 41/2 tahun terakhir sd bulan tersebut, untuk membantu menjaga atau bahkan menaikkan kurs rupee terhadap USD. Merasa tidak cukup, pada 27 Agustus 2018, RBI menaikkannya lagi sehingga menjadi 6,5%.

Karena terus-menerus ditekan oleh pemerintah India, akhirnya Urjit Patel, gubernur ke-24 RBI mundur secara tiba-tiba pada 9 Desember 2018. Itu kejadian langka di India padahal gubernur bank sentral negeri itu memiliki masa jabatan 3 tahun saja. Langkah itu dinilai oleh para pelaku ekonomi dan keuangan dunia akan merongrong keyakinan pada ekonomi India dan menjatuhkan kurs rupee.

Di Turki juga terjadi yang mirip: pemerintahnya ingin suku bunga acuan bank sentralnya tetap atau bahkan diturunkan, yang jika dilakukan akan mengakibatkan kurs lira terhadap USD dll semakin turun. Tetapi, bank sentralnya memilih menaikkan suku bunga tersebut dari 17,75% menjadi 24% pada 13 September 2018 untuk menaikkan kurs lira tersebut. Salah satu hasilnya adalah kurs lira langsung naik 5% padahal sejak 1 Januari sd 12 September 2018, kurs lira sudah turun sekitar 40% terhadap USD.

Pentingnya independensi Bank Sentral

Pada akhir Oktober 2018, Viral Acharya, deputi gubernur RBI, berkata," Cepat atau lambat pemerintahan-pemerintahan yang tidak menghormati independensi bank sentralnya akan menimbulkan kemarahan besar pasar keuangan, memicu kebakaran ekonomi dan juga akan menyesali hari di mana mereka telah merongrong lembaga pengatur yang sangat penting ini."

1.1 Inflasi rendah di Indonesia

  • Selama 2018, laju inflasi barang-barang konsumsi hanya 3,18%. Salah satu hasilnya adalah orang-orang yang menyimpan uang di bank atau membeli obligasi negara, terutama yang bertenor 10 tahun, masih menikmati imbal hasil (yield) bersih sekitar 5% per tahun, jauh lebih tinggi daripada yang diberikan oleh obligasi negara Filipina, yaitu hanya 2%per  tahun.

  • 1.2  Keadaan social dan politik di Indonesia kondusif
  • Untuk kali pertama dalam sejarahnya, Indonesia akan melakukan pemilihan presiden dan wakil presiden dan legislator tingkat pusat secara berbarengan di seluruh negeri (yg terbagi menjadi 80 Dapil). Selain itu, di daerah tingkat satu dan dua, rakyat akan memilih 5 calon sekaligus: pasangan calon presiden dan wakil presiden, calon anggota DPR Pusat, DPRD tingkat 1 dan 2 serta DPD.
  • Masa kampanye sudah berlangsung hampir 6 bulan (sejak 23 September 2018) dan tidak ada masalah.
  • Hal itu berkontribusi positif yang sangat besar pada pertumbuhan ekonomi, nilai kurs rupiah, aliran modal masuk, perdagangan dll. Hal itu juga semakin mematangkan kehidupan demokrasi di Indonesia.

  • 1.3 Indonesia tidak punya cukup  masalah utang

Pada 4 Desember 2018, Bloomberg menerbitkan artikel yang berjudul: Indonesia's Debt Problem? There isn't enough of it, Masalah Utang Indonesia? Tidak ada cukup masalahnya)

Bank-bank besar di Indonesia, misalnya Bank Mandiri, BCA dan BRI, tergolong bank yang paling bermodal terbaik di dunia. Rasio pendanaan berbanding modal sendiri mereka berkisar 5,5 sampai 7. Rasio tersebut untuk sebagian besar bank di China, India, Brazil dan Afrika Selatan berkisar antara 11 dan 15.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun