Mohon tunggu...
Prinz Tiyo
Prinz Tiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - I just don't like the odds.

I just don't like the odds.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tribute to Andrea Pirlo, Cavaliere Ufficiale OMRI

23 Mei 2011   11:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:19 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Bersamaan dengan usainya musim kompetisi Liga Italia Serie A 2010/2011 ini, Milan akan tidak lagi diperkuat oleh "Mr. Number 21" pada musim depan karena si empunya nomor memutuskan untuk hijrah ke Juventus. Kepergian Andrea Pirlo ini jelas merupakan kehilangan besar bagi Squadra Rossoneri karena ia berperan penting di dalam mewarnai permainan tim. Sepuluh musim kiranya telah ia anggap cukup sebagai bukti totalitas kepada Milan. Jika kita amati perjalanan Pirlo, memang sepertinya tidak ada lagi yang membuat kita penasaran terhadap kontribusi putra Brescia tersebut. Liga Champions, Piala Antarklub Dunia, Scudetto, Copa Italia, Piala Super Eropa, semuanya telah ia persembahkan. Bahkan, Pirlo juga ikut mengharumkan nama Milan dalam kapasitasnya sebagai juara dunia 2006 bersama Gli Azzurri Italia. Dalam FIFA World Cup 2006 tersebut Pirlo terpilih sebagai gelandang terbaik turnamen. Dengan bergabungnya ke Juventus, Andrea Pirlo mengikuti sejumlah pemain yang berkesempatan untuk memperkuat tiga tim terbaik Italia: Juventus, Milan, dan Internazionale. Sebelum ini, orang terakhir yang masuk dalam daftar "istimewa" tersebut adalah Zlatan Ibrahimovic. Sedikit rekam jejak perjalanan Andrea Pirlo selama menghuni Milanello. Sebelum bergabung dengan Milan, ia sebenarnya adalah seorang Nerazzurro. Dalam usia yang masih muda kala itu, ia memang belum matang dan masih kalah bersaing dengan nama-nama senior yang menghuni skuad Internazionale. Entah mengapa, manajemen Inter tidak ada niat untuk mempertahankannya sehingga dengan serta-merta Milan menyambar bakat muda tersebut. Sempat "ngangsu kawruh" di Mario Rigamonti, yang tak lain berada di kota kelahirannya sendiri, Brescia, Pirlo menjadi semakin kuat dan terasah bakatnya. Ini tak lepas dari "mentoring" yang intensif dari Roberto Baggio. Ya, Roby memang panutan banyak orang. Bahkan, dari kalangan pesepakbola sendiri, banyak pengakuan positif yang dialamatkan kepadanya. Tak terkecuali si bandel Antonio Cassano yang begitu bangga berfoto bersama Roby saat masa kanak-kanak dulu. Pertama kali saya menyaksikan Pirlo, posisinya adalah gelandang serang (Seingat saya ia masuk ke lapangan pada babak kedua, bernomor punggung 21 [what else?...hehe], menggantikan...ehm, kalau tidak Djorkaeff ya Recoba...belum yakin juga; lama sekali sih....). Atau, setidaknya lebih diplot untuk membantu penyerangan. Istilahnya, Pirlo mengisi posisi "trequarsista". Ia bermain sebagai "hole controlling midfielder" yang sempat menjadi "tren" sepakbola dunia. Peran inilah yang sering juga dimainkan Zinedine Zidane. Dalam prakteknya, peran ini juga mencakup sebagai pengatur serangan. Sebuah tugas yang berat karena keberadaannya mempengaruhi irama permainan tim. Maka dari itu, tidak setiap pemain mampu melakoni tugas ini. Pada suatu saat Milan memiliki surplus gelandang yang bertipe mirip, yakni Rivaldo, Rui Costa, kemudian menyusul belakangan Kaka'. Carlo Ancelotti begitu kerepotan untuk memberikan peran kepada Pirlo. Membuangnya dari rencana dan strategi tim adalah keputusan yang riskan dan berbahaya. Maka dari itu Ancelotti meminta pendapat Pirlo sendiri tentang posisi apa yang ia dapat perankan. Akhirnya, dari "ancaman" ini ternyata muncullah "peluang". Pirlo menjalankan tugas baru, yakni bermain "lebih ke dalam" tanpa mengurangi perannya sebagai pengumpan dan pengatur permainan. Ada pengamat sepakbola Italia yang menyebut Pirlo dengan posisi baru tersebut sebagai "Gianni Rivera dengan kepala tegak." Saya sendiri masih mencari-cari makna dari ungkapan tersebut. Yang jelas, Gianni Rivera, salah satu penghuni "Milan Hall of Fame" lebih dikenal sebagai pemain yang bertipe menyerang dan menghasilkan banyak gol. "Initiative of excellence" Ancelotti ini ternyata tidak sebatas menguntungkan Milan, akan tetapi timnas Italia pula. Marcelo Lippi, alenatore yang membawa Gli Azzurri juara dunia 2006, memanfaatkan peran baru Pirlo tersebut sebagai salah satu platform strategi. Hasilnya: sukses besar! Setelah itu Pirlo seperti "keenakan" bermain sebagai gelandang bertahan. Meskipun demikian, ia juga tetap menjaga "killer instinct" nya, antara lain dengan keahliannya dalam mengambil tendangan bebas. Pirlo adalah seorang yang memiliki sikap terbuka terhadap masukan. Ia seorang pendiam dan kurang "cerewet" di lapangan (bandingkan dengan Ambrosini atau Gattuso). Namun diam bukan berarti tanpa aksi. Keterbukannya ditunjukkan dengan kekagumannya terhadap cara Juninho Pernambucano dalam mengambil tendangan bebas. Pirlo mempelajarinya dan kemudian menerapkannya sendiri. Tendangan yang mengandalkan kekuatan tiga jari kaki (antara ibu jari dan kelingking) ternyata sangat ampuh dan berbahaya bagi penjaga gawang. Model tendangan bebas tersebut menghasilkan banyak gol. Sikapnya yang pendiam mungkin menghambatnya untuk dipilih sebagai kapten utama Milan setelah Paolo Maldini pensiun. Sebelum keputusan pindah ini, secara pribadi sebenarnya saya ingin Pirlo menjadi kapten kedua setelah Ambrosini. Tetapi, fakta berkata lain. Selain telah meneken kontrak dengan La Vecchia Signora, musim ini memang tidak terlalu menyenangkan bagi centrocampista flamboyant ini. Ia mengalami cidera dan harus absen dalam banyak pertandingan. Sinyalemen sangat kuat menyiratkan bahwa kini saatnya Pirlo harus menyatakan "arivederci" kepada Milanisti. Secinta atau sesayang apapun Milanisti kepada Pirlo, namun inilah dunia seorang profesional. Seluruh pendukung Milan harus menghormati keputusan yang dibuat oleh Pirlo jika memang benar-benar mencintainya. Sebelum ini, Milan pernah kehilangan tokoh-tokoh sentral (Maldini, Kaka, Baresi, Costacurta, Shevchenko, van Basten, Albertini). Terasa berat pada awalnya namun apabila logika dan sikap realistis dikedepankan, maka segalanya akan semakin terbawa ringan. Inilah siklus yang lazim terjadi dalam dunia sepakbola profesional. Pirlo telah memberikan yang terbaik untuk kejayaan Milan -- bahkan ia pernah pula ikut merasakan saat Milan terpuruk --, maka hanya rasa salut dan penghargaan setinggi-tingginya atas kontribusinya selama ini, yang paling layak diberikan oleh seluruh Milanisti kepadanya. Sikap ini harus tetap terjaga hingga musim depan, saat terjadi "Grande Partita" Milan-Juventus. Pirlo akan datang ke San Siro bukan sebagai musuh, tetapi sebagai seorang profesional sejati. Karir bersama Milan (musim; main; gol) 2001-2002  | 29 | 2 2002-2003  | 42 | 9 2003-2004  | 44 | 8 2004-2005  | 43 | 8 2005-2006  | 49 | 5 2006-2007  | 52 | 2 2007-2008  | 45 | 5 2008-2009  | 29 | 2 2009-2010  | 39 | 1 2010-2011  | 25 | 1 GOOD LUCK ANDREA, THANK YOU VERY MUCH FOR EVERYTHING. FORZA MILAN!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun