Lyfe - "Kandidatnya terlalu pendiam, kayaknya nggak cocok kerja di tim kita deh." "Loh, justru dia punya growth mindset yang kuat, loh. Saya lihat potensial banget!"Â Percakapan HRD dan user saat evaluasi kandidat.
Kalau kamu pernah bekerja cukup lama di dunia profesional, kamu mungkin pernah dengar, atau bahkan jadi saksi, perdebatan antara HRD dan user dalam proses rekrutmen. Kadang terasa kecil, seperti beda pendapat soal CV. Tapi kadang juga bisa menentukan masa depan seseorang, diterima atau tidak.
Dan yang menarik, ketika kamu scroll media sosial, seringkali kita melihat postingan keluhan. Ada HRD yang mengeluh soal attitude kandidat. Ada user yang merasa HRD "nggak ngerti kebutuhan tim". Ada kandidat yang merasa dipermainkan karena proses rekrutmen terlalu panjang dan nggak jelas arahnya.
Tapi pernah nggak sih kamu berpikir sebaliknya? Bagaimana kalau sebenarnya bukan kandidat yang bermasalah, tapi proses rekrutmennya yang keliru?
Dinamika dan ketegangan antara HRD dan user dalam proses rekrutmen serta pentingnya kolaborasi untuk hasil yang optimal. - Tiyarman Gulo
Dunia di Balik Wawancara
Di permukaan, rekrutmen terlihat seperti proses sederhana, perusahaan buka lowongan, HRD seleksi CV, user wawancara, lalu diputuskan siapa yang diterima. Tapi di balik layar, proses ini lebih mirip seperti tarik tambang.
HRD dan user sering kali berdiri di dua sisi yang berbeda, masing-masing menarik ke arah pemahaman dan kebutuhan mereka sendiri. Keduanya punya kepentingan sah, tapi seringkali gagal bertemu di tengah.
Misalnya begini,
- HRDÂ suka kandidat A karena attitude-nya bagus, terbuka belajar, dan cocok dengan budaya perusahaan.
- User nggak suka kandidat A karena belum menguasai tools teknis yang mereka pakai di departemennya.
Siapa yang benar? Atau... mungkinkah keduanya benar dari sudut pandang masing-masing?
HRD si Penjaga Strategi, Budaya, dan Kepatuhan!
Mari kita mulai dengan HRD. Apa sih yang biasanya jadi pertimbangan HRD saat memilih kandidat?
Keunggulan HRD
Pemahaman Strategis HRD tahu arah jangka panjang perusahaan. Mereka paham bahwa SDM yang direkrut bukan cuma untuk sekarang, tapi juga untuk masa depan.
Penjaga Budaya Perusahaan Mereka bertugas memastikan karyawan baru bisa masuk dalam budaya kerja yang ada. Orang yang super jago tapi toksik? Bisa jadi langsung dicoret oleh HRD.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!