Healthy - "Apa kamu takut menopause? Atau kamu belum tahu apa yang harus ditakuti?"
Begitu banyak perempuan yang menjawab pertanyaan ini dengan keraguan. Bukan karena mereka tidak peduli, tapi karena memang tidak banyak ruang terbuka untuk membahas soal menopause secara jujur dan manusiawi. Dianggap tabu, tua, basi, atau bahkan tidak seksi. Menopause jadi seperti pintu gelap yang sebisa mungkin dihindari.
Tapi, apa benar menopause adalah akhir? Atau, bisa jadi ini adalah awal dari kehidupan yang lebih bebas, jujur, dan kuat?
Menopause bukan akhir, tapi awal baru bagi perempuan. Dengan pemahaman dan dukungan, masa ini bisa dilalui dengan sehat, bebas, dan penuh percaya diri. - Tiyarman Gulo
Mengenal Menopause
Menopause secara medis didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi secara permanen selama 12 bulan berturut-turut. Ini biasanya terjadi antara usia 45 hingga 55 tahun, meski bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung faktor genetik, kesehatan, dan gaya hidup.
Menopause bukanlah tombol off. Ia bukan proses instan. Ia adalah transisi panjang, diawali dari masa yang disebut perimenopause, yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Selama masa ini, hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh perempuan mulai menurun drastis. Dan ini membawa berbagai perubahan yang tidak hanya fisik, tapi juga emosional.
Beberapa gejala umum yang sering muncul,
- Hot flashes (rasa panas mendadak di tubuh, terutama wajah dan leher).
- Gangguan tidur.
- Perubahan suasana hati.
- Kekeringan vagina.
- Berkeringat di malam hari.
- Penurunan libido.
- Siklus haid yang tidak teratur.
Namun, yang sering terlupakan adalah dampak emosional. Banyak perempuan merasa bingung, cemas, mudah marah, bahkan merasa kehilangan arah. "Aku merasa seperti bukan diriku lagi," begitu curhat banyak perempuan yang baru masuk fase ini.
Stigma di Sekitar Menopause
Sayangnya, menopause sering kali dikaitkan dengan penuaan, kehilangan daya tarik, dan akhir dari masa produktif. Di sinilah masalah bermula.
Budaya patriarki mengakar dalam menilai perempuan berdasarkan kesuburan dan penampilan fisik. Ketika menstruasi berhenti, seolah-olah nilai perempuan juga ikut berhenti. Padahal, hidup perempuan jelas lebih luas dari sekadar fungsi biologis.
Bahkan sesama perempuan pun kadang enggan membicarakan ini. Ada rasa malu, takut dihakimi, atau merasa aneh sendiri karena tidak tahu harus mulai dari mana.
Akibatnya? Banyak perempuan menjalani masa perimenopause dan menopause tanpa informasi yang cukup, tanpa persiapan mental, bahkan tanpa dukungan emosional dari orang-orang terdekat.