Entrepreneur - Mana yang lebih menakutkan, jalan sendirian lewat kuburan atau menghilangkan tempat makan yang sudah disiapkan Emakmu? Keduanya bisa menimbulkan rasa takut, tapi ada satu hal yang pasti, banyak dari kita pasti merasa kehilangan ketika sesuatu yang familiar di kehidupan sehari-hari menghilang. Seperti Tupperware, misalnya. Sebuah merek yang telah bertahan lebih dari tujuh dekade, kini memutuskan untuk menutup operasionalnya. Tentu, ini bukan hanya masalah bisnis, tetapi juga kenangan bagi banyak orang yang tumbuh bersama produk plastik kedap udara ini. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan Tupperware? Apa yang bisa kita pelajari dari penutupan sebuah merek legendaris ini?Â
Tupperware tutup setelah 78 tahun, menyisakan kenangan dan pelajaran bisnis tentang inovasi dan adaptasi di pasar yang kompetitif.- Tiyarman Gulo
Kenangan Tupperware di Indonesia
Tupperware, sebuah nama yang sudah sangat familiar bagi hampir semua orang di Indonesia, telah hadir lebih dari 30 tahun di tanah air. Bagi banyak ibu rumah tangga, produk Tupperware bukan sekadar alat penyimpan makanan, tetapi juga simbol kepraktisan yang memudahkan kehidupan sehari-hari. Mulai dari kotak makan hingga wadah penyimpan sayur, Tupperware menjadi teman setia yang tak bisa dipisahkan dari kebiasaan rumah tangga.
Namun, Tupperware bukan hanya dikenal karena kualitas produk-produk mereka yang kedap udara dan tahan lama. Salah satu faktor yang turut memperkuat posisi Tupperware di hati konsumen adalah cara pemasaran unik yang diterapkan, yaitu "Pesta Tupperware". Konsep ini melibatkan arisan produk, di mana pembeli yang ikut serta dalam arisan bisa mendapatkan produk Tupperware secara cicilan. Banyak ibu rumah tangga di Indonesia, seperti Yel Fitria, seorang guru di Jakarta Timur, yang mengikuti arisan Tupperware pada periode 2013-2014. Mereka membayar Rp100.000 per bulan dan mendapatkan produk senilai Rp1 juta. Arisan ini dianggap sebagai cara cerdas untuk membeli produk tanpa membebani keuangan keluarga secara langsung.
Desain produk Tupperware yang khas dengan warna-warna cerah dan logo yang mudah dikenali semakin memperkuat citra merek ini. Produk Tupperware sering kali menjadi hadiah spesial yang dipersembahkan pada acara-acara tertentu, seperti ulang tahun atau hari raya, menambah nilai sentimental di balik pemakaiannya.
Kebangkrutan Tupperware
Namun, kabar mengejutkan datang pada tahun 2025, ketika Tupperware mengumumkan penutupan operasionalnya. Setelah lebih dari tujuh dekade berjaya, perusahaan ini terpaksa menghentikan aktivitas bisnisnya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat. Penyebab utama dari penutupan ini adalah penurunan penjualan yang signifikan dan beban utang yang sangat besar. Pada saat yang sama, perusahaan ini juga mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat dengan total utang mencapai US$812 juta (sekitar Rp12,4 triliun).
Penurunan penjualan Tupperware tidak terlepas dari beberapa faktor. Pertama, persaingan yang semakin ketat di pasar barang rumah tangga. Merek-merek baru dengan desain yang lebih modern dan harga yang lebih bersaing mulai meraih perhatian konsumen. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebutuhan konsumen yang lebih mengutamakan kepraktisan dalam hal penyimpanan makanan. Masyarakat kini lebih memilih produk yang bisa memberikan kemudahan lebih, seperti produk penyimpanan makanan yang bisa digunakan dalam microwave, bukan hanya untuk menahan udara seperti yang ditawarkan Tupperware.
Produk Tupperware yang Ikonik
Tupperware dikenal dengan berbagai produk ikoniknya. Wadah-wadah penyimpanan makanan yang kedap udara adalah produk utama yang dijual dan menjadi ciri khas merek ini. Tak hanya fungsional, produk-produk ini juga dikenal karena desainnya yang menarik, dengan warna-warna cerah yang mudah dikenali. Tupperware juga sering kali menawarkan produk-produk baru yang semakin mengedepankan kemudahan penggunaan, seperti tutup yang mudah dibuka atau wadah yang tahan lama.
Namun, meskipun produk-produk Tupperware memiliki kualitas tinggi, perubahan kebutuhan pasar dan munculnya pesaing dengan desain yang lebih inovatif membuat Tupperware mulai kehilangan daya tariknya. Konsumen yang dulu setia kini mulai mencari alternatif yang lebih modern dan lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.
Pesaing Tupperware yang Kini Makin Populer
Setelah penutupan Tupperware, beberapa merek penyimpanan makanan dan minuman mulai mendapatkan perhatian lebih dari konsumen. Merek-merek seperti Lock&Lock, Snapware, dan Rubbermaid kini menjadi pilihan utama karena desain modern, fungsionalitas, dan daya tahan produk mereka.
Lock&Lock, misalnya, terkenal dengan produk penyimpanan yang dilengkapi dengan teknologi segel udara yang lebih praktis, memungkinkan konsumen untuk menyimpan makanan dengan lebih aman. Snapware menawarkan desain yang lebih elegan dan praktis dengan berbagai pilihan ukuran dan bentuk, sementara Rubbermaid lebih mengutamakan kekuatan dan daya tahan produk mereka. Merek-merek ini tidak hanya menawarkan produk yang lebih terjangkau, tetapi juga lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini.
Pelajaran dari Penutupan Tupperware
Apa yang bisa kita pelajari dari penutupan Tupperware? Pertama, pentingnya beradaptasi dengan zaman. Tupperware yang dulu dikenal dengan kualitasnya yang tinggi dan produk yang praktis harus menghadapi kenyataan bahwa konsumen kini menginginkan produk yang lebih modern dan serbaguna. Ketidakmampuan Tupperware untuk berinovasi sesuai dengan tren dan perubahan pasar menyebabkan perusahaan ini terjebak dalam penurunan penjualan yang akhirnya berujung pada kebangkrutan.