Politik - "Kalau pemimpin tidak siap dikritik, ya jangan jadi pemimpin." --- Prabowo Subianto
Di zaman ketika kepercayaan publik terhadap pemimpin diuji setiap detik lewat layar ponsel, satu acara berdurasi tiga jam bisa terasa seperti oasis. Bukan hanya karena panjangnya, tapi karena isinya, Presiden Prabowo Menjawab. Bukan debat, bukan pidato, bukan konferensi pers yang sarat protokoler. Tapi sebuah diskusi terbuka, duduk, bicara, dan mendengar. Sebuah format langka yang memberi ruang bagi tanya jawab antara Presiden dan enam pemimpin redaksi media besar Indonesia.
Apakah ini sekadar pencitraan atau benar-benar tanda zaman baru bagi komunikasi kepemimpinan di negeri ini?
Presiden Prabowo menjawab pertanyaan pemred dalam diskusi terbuka, menegaskan sikap terbuka terhadap kritik dan pentingnya komunikasi publik yang efektif. - Tiyarman Gulo
Format yang Tak Biasa: Obrolan Serius ala Warung Kopi Elit
Tanggal 6 April 2025, suasana kediaman pribadi Presiden Prabowo di Hambalang berubah jadi tempat diskusi terbuka. Enam tokoh media datang, bukan sebagai penyambut wacana, tapi sebagai penguji gagasan. Mereka mewakili media arus utama dan media digital, mulai dari Kompas, Detikcom, SCTV, TV One, IDN Times, hingga Narasi.
Dalam format ini, tiap pemred melayangkan pertanyaan langsung kepada Presiden. Tidak ada moderator formal. Tidak ada pernyataan yang dibatasi waktu satu menit. Semua mengalir seperti obrolan santai yang tetap serius.
Dan ya, Presiden menjawab. Sepanjang 3 jam.
Siapa Saja Pemred yang Terlibat? Kenapa Ini Penting?
Kehadiran pemred di acara ini bukan sekadar simbol representatif. Mereka adalah gatekeeper informasi, penjaga standar jurnalistik, dan penghubung paling langsung antara negara dan masyarakat.
Berikut daftar lengkapnya :
- Sutta Dharmasaputra -- Pemred Harian Kompas
- Alfito Deannova Gintings -- Pemred Detikcom
- Retno Pinasti -- Pemred SCTV-Indosiar
- Lalu Mara Satriawangsa -- Pemred TV One
- Uni Lubis -- Pemred IDN Times
- Najwa Shihab -- Founder Narasi
Mereka tidak hanya mewakili ragam media, tapi juga gaya penyampaian informasi yang berbeda. Dari media cetak yang penuh data hingga platform digital yang dekat dengan Gen Z.
Apa Saja yang Dibahas? Dari Demo, RUU, hingga Makan Bergizi!
Topik diskusi sangat beragam dan tak segan menyentuh isu sensitif :
- RUU TNI dan Polri
- Gelombang demonstrasi belakangan ini
- Program Danantara (Dana Abadi Nusantara)
- Efisiensi pemerintahan dan anggaran
- Program Makan Bergizi Gratis di sekolah
- Buruknya komunikasi dari pejabat dan Istana
- Penanganan korupsi dan transparansi
- Kritik terhadap pemerintahan, termasuk soal Tarif Trump
