Mohon tunggu...
Tiyarman Restu Putra Gulo
Tiyarman Restu Putra Gulo Mohon Tunggu... Penulis - Law dan Freelancer, 2 hal yang hampir mirip! | tiyarmangulo.blogspot.com
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis itu penting, biar gak lupa! Karena faktanya otak cuma bisa nyimpan 1/8 data yang diterima, habis itu lupa! | my blog: tiyarmangulo.blogspot.com | ig: @tiyarmangulo | wa: 0838-6723-2928

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rokok Elektrik Semakin Populer, Apa Penyebabnya?

3 Juni 2023   17:06 Diperbarui: 3 Juni 2023   17:10 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rokok Elektrik Semakin Populer, Apa Penyebabnya? | Reuters

Ramai-ramai Beralih ke Rokok Elektrik, Ada Apa?

Tren konsumsi rokok elektrik semakin melonjak pesat belakangan ini. 

Banyak orang mulai mempertimbangkan untuk beralih dari rokok konvensional yang mengandung banyak zat berbahaya ke rokok elektrik yang diklaim lebih aman. 

Apa yang membuat rokok elektrik begitu diminati dan apakah benar-benar memberikan manfaat yang lebih baik?

Pro Kontra Rokok Elektrik

Rokok elektrik, juga dikenal sebagai e-rokok atau vape, adalah perangkat yang menghasilkan aerosol dengan memanaskan cairan yang mengandung nikotin. 

Pengguna kemudian menghirup aerosol ini melalui mulut, menyeruputnya, atau menghisapnya, meniru aksi merokok tradisional. 

Namun, rokok elektrik tidak membakar tembakau seperti rokok konvensional, sehingga tidak menghasilkan asap yang sama.

Salah satu alasan utama mengapa banyak orang beralih ke rokok elektrik adalah klaim bahwa mereka lebih aman daripada rokok konvensional. 

Rokok elektrik tidak menghasilkan sejumlah besar zat kimia beracun yang ditemukan dalam asap rokok, seperti tar dan karbon monoksida. 

Namun, penting untuk diingat bahwa rokok elektrik juga mengandung nikotin, zat adiktif yang dapat menyebabkan ketergantungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun