Sore ini aku mengetuk pintu rumah Ibu Ratmi, atau yang lebih akrab disapa Ibu Ami. Tak lama menunggu sosok perempuan mandiri menyambutku, beliau adalah seorang ibu dua anak yang kesehariannya merangkap peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus menghasilkan pundi-pundi rupiah dari keterampilannya membuat berbagai macam model daster serta pakaian lainnya.
Kurang lebih satu tahun yang lalu, Ibu Ami memutuskan untuk berhenti dari salah satu pabrik tekstil tempatnya bekerja. Keputusan itu pun selanjutnya menjadi titik awal langkah barunya menjejaki manis dan pahitnya berwirausaha.Â
Berbekal kemandirian, kemauan, serta keterampilan, beliau membeli kain mentah dengan beragam corak lalu mengguntingnya menjadi potongan pola yang kemudian dijahit menjadi daster.Â
Beragam daster yang beliau buat berlabelkan Ami Fashion sebagai merek dagang. Selain daster, Ibu Ami juga mengkreasikan kainnya menjadi setelan baju tidur dan juga mukena.
Kainnya langsung saya ambil dari pabrik, di Semanggi,
papar beliau dalam bincang kami, Rabu, 28 Juli 2021.
Sehari-hari, Ibu Ami mengerjakan jahitannya sendiri. Kadang beliau ditemani oleh seorang tetangga dekat dengan kediamannya, Mbak Rini. Menurut beliau, pekerjaannya menyenangkan sebab dilakukan di rumah dengan waktu yang dapat diatur olehnya sendiri. Dengan pekerjaan ini pula beliau tetap bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan juga menjaga kedua anaknya.
Sebenarnya sempat ditawarin sama teman untuk bekerja di luar lagi, tapi saya tolak. Sudah nyaman dengan pekerjaan ini karena bisa sambil jaga anak-anak, ngajarin mereka belajar. Waktunya juga lebih leluasa, kalau capek bisa istirahat.
Ibu Ami memasarkan daster, setelan, serta mukenanya secara konvensional di toko-toko. Selain itu, banyak dari tetangga sekitar yang membelinya baik secara satuan untuk dikenakan sendiri maupun grosir untuk dijual kembali.Â
Keuntungan yang beliau dapat dari harga satuan sekitar 10.000 rupiah, sedangkan harga grosir dipatoknya lebih murah sehingga dari setiap potong beliau memperoleh sebesar 2000 rupiah.
Ibu Ami juga beberapa kali menawarkan daster-daster buatannya ke Pasar Klewer, Surakarta. Namun, dalam masa pandemi ini beliau kerap kali mengalami penolakan oleh sebab diberlakukannya pembatasan kegiatan sosial serta ekonomi yang membuat pasar menjadi jauh lebih sepi sehingga pedagang pun tidak berani mengambil banyak barang dari produsen lagi. Meski begitu, Ibu Ami tak patah arang. Baginya, setiap rizki pasti akan datang jika kita mau terus berusaha dan berjuang.