Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jemari

6 Januari 2021   12:09 Diperbarui: 6 Januari 2021   13:15 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebuah gulungan benang rajut berwarna krem membentur kaki lelaki yang tengah memainkan ponsel di taman rumah sakit. Mata lelaki itu pun melongok ke bawah dan melihat sepasang kaki bertumpuan pijakan kursi roda mendekat padanya.

"Ini punyamu?" tanya si lelaki secara ramah kepada gadis dengan rambut jarang di
hadapannya.

Gadis itu mengangguk pelan secara malu. Ia pun memberikan gulungan benang tadi
kepada si gadis. Tanpa pamit atau ucapan terima kasih, gadis itu lalu pergi. Si lelaki menatap punggungnya yang kurus kering, sebutir air jatuh dari kedipannya yang kemudian ia seka.

"Aku takut." gumamnya.

Sehari kemudian, lelaki yang sama hendak duduk di bangku yang sama pula. Akan tetapi,
rupanya bangku itu sudah terlebih dahulu diambil oleh seseorang.

"Boleh saya duduk di sini?" ia meminta permisi.

"Boleh, silakan." gadis yang tengah sibuk mengerjakan sesuatu itu menggeser sedikit
posisi duduknya.

"Hei, kamu anak yang kemarin 'kan?" tanya si lelaki basa-basi.

"Iya, maaf kemarin saya lupa bilang terima kasih." jawab gadis pemalu itu.

"Kamu sedang buat apa?" tanya si lelaki kembali, mencoba menjalin keakraban.

"Kelinci." tanpa menoleh, masih mengulang-ulang gerakannya merajut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun