Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Alan

30 November 2020   06:01 Diperbarui: 30 November 2020   07:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi terus berlangsung, tumbuh keinginan di hati Alan dan juga kembarannya untuk bisa saling bertemu. Mereka pun berencana membangun portal lintas dimensi. Proyek gila ini tercium oleh berbagai media. Dunia pun digemparkan dengan sebuah inovasi 'tangan Dewa'. 

Banyak terjadi pro dan kontra. Ada yang berpendapat bahwa portal dan alat komunikasi antar dimensi ini dapat digunakan untuk saling tolong menolong dan bekerja sama antar dimensi. Akan tetapi, banyak pula pihak yang merasa takut jika perubahan besar ini akan berdampak pada kerusakan atau kesalahan fatal sebab sebuah 'dinding' yang semestinya tidak dapat ditembus pada akhirnya bisa ditembus dengan akal cerdas manusia.

Pembangunan tetap berlanjut, bagaimanapun. Kedua Alan dibantu oleh ilmuwan-ilmuwan besar dunia serta digelontori dana fantastis oleh pemerintah serta investor mulai menciptakan terowongan penghubung lintas dimensi tersebut. Proyek yang begitu besar dan melahirkan lebih besar kontroversi hingga pertentangan, hal ini mengakibatkan laboratorium mereka benar-benar harus dipindahkan dari tengah kota ke sebuah pulau terasing. Pulau itu dijaga ketat supaya masyarakat tidak dapat memasukinya sehingga pekerjaan pun lebih terjaga dari para kontranya.

Setelah lebih dari delapan tahun pada akhirnya gerbang tersebut benar-benar berdiri. Setelah menelan miliar dollar serta relawan-relawan keilmuan yang gugur, gerbang serupa cermin bundar raksasa berdiameter tiga puluh dua kaki yang dalam publikasi terakhirnya berhasil tersiar pada jutaan lembar surat kabar, tayangan televisi dan radio dunia. Alan sesontak benar-benar didewakan sebab dialah yang memiliki peran terbesar dalam ide gila tersebut. Dengan kehormatan kedua Alan berhak membuka dan mengoperasikan alat tersebut pertama kali.

"Kita masukkan tikus ini, kita akan lihat dapatkah ia bertahan di sana." Alan memasukkan tikus ke portalnya.

Awalnya semua tampak baik-baik saja, namun setelah beberapa saat tikus tersebut menunjukkan tanda keanehan. Tikus itu tampak diam bagai beku, kehilangan kesadaran dan bergerak tidak beraturan kemudian kembali ke kondisi semula. Para peneliti mengira hal tersebut terjadi sebagai gejala adaptasi tapi beberapa saat kemudian sesuatu yang mengerikan terlihat. Tubuh tikus itu hancur, melebur dan mendebu, hilang dari pandangan. Rupanya dimensi lain tetap bukanlah tempat yang kondusif untuk disinggahi. Meski begitu, portal tetap dapat digunakan sebagai jendela untuk bertatap muka meski tidak bisa saling menyentuh maupun melampaui.

Kedua Alan saling berhadapan, serupa tetapi tetap bukan sama persis. Alan dari dimensi lain tampak lebih bugar, sebab adanya perbedaan dari gaya hidup. Alan kita lebih tidak peduli kepada pola makan dan juga jam tidur. Kesamaan dari kedua Alan ini hanya berlaku pada formula algoritma jalan karir mereka. Jalan pendidikan serta pekerjaan yang mereka ambil sedari awal benar-benar sama persis; hal ini jugalah yang bisa sampai mengantarkan mereka saling bertemu. Mereka pun saling melemparkan pertanyaan mengenai kehidupan yang dijalani.

"Apakah istrimu juga bernama Magdalena?" tanya Alan dari dimensi kita.

"Ya, tetapi kami memutuskan untuk bercerai," jawab Alan dari sisi lain.

"Apa kaubilang? Cerai? Mengapa?" Alan sangat terkejut mendengar pernyataan itu. Bahkan ia tiada bayangan sama sekali untuk berpisah dari Magdalenanya.

"Magdalena tidak mau punya anak. Ia lebih mementingkan karirnya sebagai model dan menganggap bahwa memiliki anak akan menghambatnya, sedangkan aku sangat mengharapkan buah hati dari pernikahan kami. Pada akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengannya dan membiarkannya meraih apa yang ia mau," jelas sang kembaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun