Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Segar

Skin Care Products: Kebutuhan, Standar Kecantikan, Prestise, dan Perilaku Konsumtif

1 Mei 2020   14:08 Diperbarui: 1 Mei 2020   14:22 1910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Produk Perawatan Kulit. Sumber: 123rf.com

Skin care products atau produk perawatan kulit merupakan kebutuhan sampingan yang kini semakin diperhatikan oleh hampir segala lapisan masyarakat. Bahkan, tak hanya kaum hawa berbagai produk perawatan ini juga digunakan oleh pria, ada beragam pilihan produk baik untuk pria maupun wanita mulai dari yang harganya terjangkau hingga yang dibandrol dengan harga fantastis. 

Fungsi dari skin care products yang jenisnya sangat beragam itu sendiri semulanya adalah untuk memperbaiki dan menjaga kondisi kulit agar tetap sehat terawat, sebab setiap orang memiliki kondisi kulit yang berbeda-beda serta pastinya memerlukan perawatan yang berbeda-beda pula. 

Namun, dewasa ini, bicara mengenai skin care products sebagai gaya hidup tak lepas dari standar kecantikan masyarakat masa kini, juga fungsi prestige-nya yang bahkan bisa memisahkan mana kalangan atas mana kalangan bawah bahkan hingga dampaknya dalam pola perilaku konsumtif.

Pertama, saat ini sadar ataupun tidak sebagian besar dari kita telah tersugesti bahwa kulit yang cantik dan disukai banyak orang adalah kulit yang putih, bersih dan bersinar. Darimana datangnya sugesti tersebut? Tentu saja tak lepas dari budaya masyarakat kini yang terkiblat pada tren salah satunya adalah idola dari barat serta asia timur seperti Negeri Ginseng, Korea. 

Tren dalam kalangan masyarakat ini digunakan oleh berbagai brand dengan menciptakan produk-produk kecantikan yang menawarkan kulit putih, bahkan nyaris semua menggunakan bintang iklan dengan kategori kulit yang demikian. 

Standar kecantikan ini membuat sebagian dari kita mengidamkan dan berlomba-lomba mendapatkan kulit "sempurna" itu. Bahkan, banyak kalangan yang merasa dirinya tidak cantik dengan kulitnya, merasa sedih, minder, hingga mencoba mencari jalan pintas yang beresiko seperti halnya melakukan infus kromosom, atau berbagai prosedur lain. 

Tak kalah mirisnya dari kalangan yang ingin mendapatkan kulit impian dengan harga murah malah membeli berbagai jenis produk abal-abal ilegal dan berbahaya yang belum teruji secara klinis, padahal tentu saja bahayanya bukan main-main. 

Menyikapi hal tersebut, ada yang harus kita perbaiki. Mengenai pandangan standar kecantikan; kita telah diciptakan dengan tipikal kulit yang beragam, dalam memperlakukan kulit seharusnya kita fokuskan pada menjaga dan memperbaiki kesehatannya, karena pada dasarnya apapun warna dan jenis kulit kita akan tampak enak dipandang jika bersih, sehat dan terawat. Jangan alih-alih merawat malah merusak karena menginginkan kulit yang dianggap "sempurna" oleh orang lain tetapi justru tidak memperhatikan apa yang sebenarnya kulit kita butuhkan. 

Selanjutnya adalah skin care products yang saat ini pula telah menjadi salah satu hal yang memiliki fungsi prestige atau memiliki nilai gengsi. Hal ini tentu mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang mana "upgrade skin care" seakan menjadi tujuan baru bagi sebagian kalangan. "Upgrade skin care" yang dimaksud di sini adalah terdapat nilai kebanggaan tersendiri bagi kalangan yang mampu membeli merk skincare tertentu atau rentang-rentang harga tertentu. 

Lagi-lagi hal tersebut bukanlah sesuatu yang salah akan tetapi yang perlu dicatat ialah perhatikan pula kemampuan kita, jangan sampai keinginan membeli produk-produk terlalu mahal menyebabkan kita lupa pada kebutuhan lain yang sebenarnya lebih penting, atau bahkan membeli produk KW yang tidak jelas bahan-bahannya maupun keterujiannya.

Kemudian, hal yang perlu diperhatikan lagi ialah mengenai perilaku konsumtif (tindakan membeli, menggunakan, mengkonsumsi secara berlebihan dan hanya mengutamakan keinginan atau kesenangan tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan manfaat dari barang atau jasa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun