Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minggu Paskah 2, Mengungkap Kebenaran, 2021,11 April

10 April 2021   20:47 Diperbarui: 10 April 2021   21:05 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Minggu Paskah 2, Bacaan Leksionari :  Kisah Para Rasul 4: 32 -- 35, I Yohanes 1: 1 - 2: 2,  Yohanes 20: 19 - 31


PENGUNGKAPAN KEBENARAN

Tafsir Kisah Para Rasul 4: 32 - 35
Perikop ini merupakan ringkasan mengenai sifat persekutuan Kristen mula-mula yang serupa dengan Kisah Para Rasul 2: 42-47. Salah satu ciri khas yang menonjol pada  kesatuan,  yang diwujudkan dalam hal saling berbagi untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang Kristen yang miskin. Orang-orang kaya dalam konteks ini, menjual seluruh milik kepunyaannya baik rumah atau ladangnya lalu mempersembahkan uang itu untuk dipergunakan bersama, membantu saudara-saudara seiman yang kekurangan dalam hal makanan. Bagian ini juga menjelaskan cara hidup Jemaat mula-mula,yaitu mereka hidup dengan saling tolong-menolong. Semuanya hal ini dilakukan berdasarkan kepercayaan, kesatuan dan kesaksian para rasul untuk menguatkan iman mereka. Dengan hal ini, membuat jemaat tidak ada yang hidupnya kekurangan. Rasa saling percaya dalam kehidupan persekutuan membuat tak ada tipu daya, kebenaran terungkap dalam kehidupan persekutuan.

Tafsir I Yohanes 1: 1 - 2: 2
Surat ini ditulis Yohanes (salah satu Rasul). Yohanes melihat hal-hal yang tidak beres kesucian hidup, dimana pada saat itu merebak doktrin yang salah dan guru palsu. Yohanes menasehatkan barangsiapa memiliki kebenaran, maka kebenaran itu harus diungkap seharusnya ia juga melakukan dan hidup dalam kebenaran. Yang penting dipelihara oleh setiap orang Kristen adalah "kebenaran" yang tidak mengenal kompromi dan "kasih" yang terwujud secara praktis dalam kehidupan. Ia tidak hanya mau mengantar "mereka" kepada Kristus, namun ia juga ingin membina "mereka" dalam kehidupan sebagai orang percaya. Di akhir suratnya, Yohanes menggarisbawahi adanya kepastian hidup kekal yang dimiliki oleh orang-orang yang percaya. Istilah kita tahu diulangi terus menerus dalam sembilan ayat terakhir (5: 13-21). Ia ingin menunjukkan bahwa setiap orang percaya memiliki kepastian hidup kekal dan memiliki berkat-berkat surgawi sekarang dan akan dinikmati secara sempurna dalam kekekalan. Tujuan penulis dalam surat ini adalah pengungkapan kebenaran akan dokrin yang salah dan guru palsu.

Tafsir Yohanes 20: 19 - 31
Latar belakang perikop. Kalau kita melihat konteks dari perikop Yohanes 20: 19-31, maka kita dapat melihat bahwa setelah kematian Yesus, para murid berada dalam kondisi kesedihan dan ketakutan, walaupun telah mendengar bahwa Yesus telah bangkit, seperti yang dikatakan kepada Maria Magdalena (Mat 28: 9 ; Mrk 16: 1,9; Yoh 20: 14-16), Maria Ibu Yakobus dan Salome (Mat 28: 9; Mrk 16: 1) dan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24: 13-35; Mrk 16 : 12). Pada malam hari, ketika para rasul berkumpul dalam ketakutan, Yesus menampakkan diri kepada mereka. Ketakutan para murid dipicu adanya berita hoax (Mat. 28:13), sehingga mereka menjadi sasaran kemarahan para imam-imam kepala. Dalam situasi ketakutan seperti ini, ketika mereka berkumpul di suatu tempat dengan pintu ungkapan, datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka sambil memberikan salam "Damai sejahtera bagi kamu! "Keterangan TENTANG keberadaan mereka di ruangan DENGAN' Pintu-Pintu terkunci 'menekankan bahwa Yesus Datang Ke hearts ruangan Tanpa mengetuk maupun merusak Pintu, namun Tiba-Tiba Datang Ke  ruangan, Yaitu DENGAN Tubuh Yang Telah dimuliakan. Dan untuk membuktikan bahwa itu adalah Diri-Nya yang telah disalibkan, maka Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya, yaitu menunjukkan bekas luka karena disalibkan dan ditembus tombak. Salam dan fakta yang ada di depan mata para murid yang ketakutan yang mengubah ketakutan yang berubah menjadi berita panas; hal yang menonjol dalam penampakan cerita Yesus setelah kebangkitan-Nya dalam bacaan ini. Pertama: Tuhan Yesus hadir untuk menjaga keraguan, keraguan dan ketakutan para Murid. Tuhan Yesus yang hadir dalam ruang yang tertutup di tengah para murid yang ada dalam takut, juga menyampaikan pesan bahwa Tuhan Yesus yang bangkit pasti menjumpai mereka yang dicintainya dalam berbagai macam situasi dan situasi, siap atau tidak, pasti Dia datang. Dan mereka yang dijumpainya diberi tanggung jawab menjadi saksi Kristus yang bangkit melalui keteladanan hidup bersama sebagai komunitas yang menghadirkan kasih dan pengampunan. Begitupun dalam penampakan yang kedua (khusus) adalah penampakan-Nya pada Tomas. Tuhan Yesus adalah tidak menjumpai Tomas ketika menampakkan diri pada para murid-Nya. Mungkin pada saat itu Tomas ingin menyendiri. Dia tidak mau bergabung dengan murid yang lain. Itulah kebenaran ketika para murid yang lain mengatakan bahwa mereka dijumpai Yesus, Tomas menyatakan ketidakpercayaannya."Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."Kepada dia yang tidak mau paham dan tidak mau mengerti akan peristiwa kebangkitan-Nya inilah alasan Tuhan Yesus menjumpainya, Yesus Tuhan menjumpai para murid dan beberapa orang lainnya adalah dalam rangka menunjukan kebenaran, pengungkapan kebenaran. Hal ini sungguh luar biasa, Yesus yang adalah Tuhan mau memberikan Diri-Nya mengurus apa yang diragukan oleh Tomas. Dia mau datang di tengah-tengah para rasul dan kemudian menyediakan Diri-Nya dan menunjukkan luka-Nya untuk mengungkapkan kebenaran sehingga Tomas dapat mencucukkan jarinya ke luka Yesus di tangan dan juga di lambung-Nya. Yesus yang menginginkan agar tidak ada lagi murid-Nya yang hilang dan meminta agar Bapa menguduskan mereka dalam kebenaran (lih. Yoh 17:17) datang kepada Tomas untuk mengambil segala keraguan dalam diri Thomas dan pada saat yang bersamaan juga iman para rasul yang lain . Kejadian ini juga dapat menguatkan seluruh umat Allah, yang seperti Tomas, dilanda keraguan / kebimbangan, kebenaran diungkap.

Perenungan
Mengungkapkan kebenaran sebagai saksi Kristus berarti kita memiliki gaya dan pola yang benar sebagai sebuah persekutuan. Kita memiliki kamampuan membedakan yang benar dan yang salah dengan bermuara pada keyakinan akan Kebangkitan Tuhan Yesus. Demikian pula kita bersedia mengubah prespektif ketakutan. Kita bersedia menerima kuasa-Nya yang memperlengkapi kita. Dan pada akhirnya kita siap untuk diutus menjadi saksi Kristus mewartakan kebenaran-Nya. Pada bacaan pertama, coba dan coba benar bermuara dari sikap hati yang benar. (Ay. 32). Kebersamaan sejati tidak mungkin menuju ikut-ikutan, namun memiliki kesediaan untuk berbagi, sebab empati dan simpati berawal dari hati dan jiwa (ayat 32a). Peristiwa kebangkitan Yesus merupakan dasar bagi iman Kristen. Bahwa Yesus yang bangkit pasti menjumpai mereka yang dicintainya dalam berbagai situasi dan keadaan, siap atau tidak, pasti Dia datang. Dan mereka yang dijumpainya diberi tanggung jawab menjadi saksi Kristus, melalui keteladanan hidup bersama sebagai komunitas yang menghadirkan kasih dan pengampunan. Masa Raya Paska sepanjang tujuh pekan. Bandingkan dengan Masa Raya Natal yang berlangsung hanya dua pekan. Hal ini menunjukkan bahwa Paska sangat penting dalam iman Kristen. Bacaan Injil dari Yohanes 20:19-31. Dalam Injil dinarasikan Yesus-Paska menampakkan diri kepada murid-murid-Nya yang berkumpul dalam suatu tempat yang pintu-pintunya terkunci. Mereka mengunci pintu karena takut kepada para penguasa Yahudi. Tomas tidak bersama dengan murid-murid Yesus yang dijumpai oleh Yesus-Paska. Tomas yang mendapat kabar perjumpaan Yesus-Paska dengan murid-murid-Nya tak percaya sebelum ia mencucukkan jarinya ke dalam lubang bekas paku di tangan dan lubang bekas tombak di lambung Yesus-Paska. Tantangan Tomas ini diterima oleh Yesus-Paska dan menyila Tomas mencucukkan jarinya dalam perjumpaan berikutnya. Dalam narasi tidak dituliskan apakah Tomas mencucukkan jarinya atau tidak selain berucap, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (dengan tanda fentung). Sayangnya atau sialnya atau celakanya tulisan atau teks tidak berbunyi sehingga tidak terasa intonasi atau emosi penutur. Ucapan Tomas kemudian ditafsirkan sebagai pengakuan iman Tomas bahwa Yesus adalah Tuhan sekaligus Allah, banyak kalangan teolog-teolog atau denominasi bependapat demikian, apalagi hal ini dikaitkan kepentingan untuk menjadi ayat perisai dari serangan non kristiani yang menolak KETUHANAN YESUS. Tapi bila didalami ada kemungkinan  tafsir berbeda, tafsir dari sudut pandang laen. Tomas adalah orang Yahudi sehingga tak mungkin ia menyebut Yesus Allah dalam artian Zat. Bolehlah kiranya menafsir Tomas seperti orang Indonesia yang kaget pada kejadian kejap, misal anaknya terjatuh, kemudian spontan menyebut "Ya oloh ya robi!". Bahkan ketika tiba-tiba kita berjumpa dengan teman lama, teman kita langsung berteriak ke arah kita, "Ya oloh!" Apakah anak yang terjatuh itu Allah dan Tuhan?  Apakah kita dianggap Allah oleh teman-temannya kita? Setidaknya tafsir tsb didukung oleh tanggapan Yesus kepada Tomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Kalo kata - kata Thomas  tsb sebuah pengakuan iman yang pendek bahwa Yesus adalah Tuhan, sekiranya Yesus Tuhan tak akan berkata  "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Seakan Yesus Tuhan, mengingatkan Thomas agar tidak kagetan (ora kagetan), Ora gumunan (tidak mudah terheran - heran), karena apa? karena hal ini sudah dikatakan atau dinubuatkan Yesus Tuhan beberapa kali sebelum kematianNya. Seakan Yesus Tuhan malah menegur Thomas, "ora usah kagetan, ora usah gumunan, (Janganlah mudah kaget,  Janganlah mudah terheran - heran), seharusnya kamu percaya tanpa harus membuktikan. Mengungkapkan kebenaran, bagaimana kita akan mengungkapkan kebenaran kalau kitanya gampang terkejut dan gampang terheran-heran atas sesuatu, kita akan bisa mengungkanp kebenaran kalau kita yakin akan diri kita., yakin akan pemahaman kita, dan terus belajar. Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil lainnya (Matius, Markus, dan Lukas). Ketiga Injil disebut Injil sinoptis, karena ada kemiripan. Injil Yohanes ditulis paling akhir yang sama sekali berbeda dari Injil sinoptis, karena terlalu banyak refleksi penulis Injil. Meski Injil Yohanes dinilai banyak refleksi dari penulis Injil justru kita dapat menilik ada jejak atau petunjuk pertempuran teologi antara jemaat Kristen purba (diperkirakan Komunitas Yohanes), para pemuka agama Yahudi, dan para pengikut Gnostik. Satu sisi Komunitas Yohanes ditekan dan dianiaya oleh para pemuka agama Yahudi, sisi yang lain mereka dirongrong dari dalam oleh para pengikut Gnostik. Dalam Jumat Agung bisa diliat  mengenai penolakan kaum Gnostik atas kematian Yesus. Bagi kaum Gnostik, yang sebenarnya tidak bisa berkelit lagi dari fakta keseharian bahwa Yesus mati disalib, Yesus yang mereka sembah adalah Yesus-Surgawi, bukan Yesus-Ragawi. Mereka menolak Yesus-Ragawi, karena menurut mereka yang mati di kayu salib adalah orang yang serupa dengan Yesus. Selain itu hanya Injil Yohanes yang tidak menampilkan sosok Simon dari Kirene, sedang ketiga Injil sinoptik menampilkan. Kaum Gnostik mengembangkan ideologi mereka bahwa yang disalibkan adalah Simon dari Kirene. Kisah kebangkitan Yesus dalam bacaan Injil ini mau menentang pengajaran Gnostik yang menafikan ragawi. Kaum Gnostik bermental sarkofobik, menolak raga, dan memandang raga sebagai penjara jiwa yang harus dilepaskan, jika orang ingin masuk ke dalam keselamatan. Injil Yohanes menolak pandangan Gnostik. Kesaksian pengalaman para murid yang bertemu dan makan-minum bersama Yesus-Paska (Yoh. 21:9-12) mau memberitakan bahwa Yesus bangkit seutuhnya.  Pemberita Injil juga mau menyampaikan harus ada keseimbangan antara rohani dan ragawi seperti yang sudah ditunjukkan oleh karya Yesus yang tidak hanya memberitakan hal rohani, tetapi juga banyak berkarya dalam kemanusiaan. Dalam kehidupan modern mental sarkofobik gnostik ini banyak dijumpai. Hanya mau menerima yang ragawi apabila ada bukti. Pencegahan terhadap tindak pidana korupsi, terorisme, memang sulit menampilkan bukti-bukti, karena lampas (*Lampas bersinonim dengan halus (Tesamoko hlm. 246)). Tidak berandang terlihat, tetapi dapat dirasakan. Orang Kristen modern bermental sarkofobik gnostik juga cukup banyak. Mereka menjadikan para petobat atau murtadin baru, terutama dari kalangan selebritis, sebagai patokan bukti bahwa iman mereka kepada Kristus sudah benar. Mereka lebih menaruh percaya kepada pengajaran iman dari para petobat baru. Padahal penulis Surat 1Timotius 3:6 sudah memberi nasihat tentang syarat pengajar, "Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman iblis". Dalam pada itu cukup banyak orang Kristen begitu terpesona kepada selebritis yang baru "bertobat". Selebritis itu begitu dipuja dan dianggap menguatkan iman mereka. "Wong seleb saja berani pindah agama dan bersaksi, berarti agamaku benar." Begitu kira-kira alasan mereka. Konversi agama selebretis itu dijadikan bukti bahwa keimanan mereka sudah benar. Beberapa waktu lalu ramai penentangan terhadap POLRI dan Presiden Jokowi yang memberi bantuan kepada keluarga teroris. Orang melihat apa yang dilihat, sedang pemerintah sedang mengerjakan apa yang tidak terlihat. Pemerintah mencegah keluarga tersebut jatuh ke tangan teroris, mencegah jangan sampai mereka terpinggirkan. Pencegahan itu tidak kasat mata. Tidak bisa dibuktikan secara berandang. Tim Densus 88 bekerja keras siang-malam, pagi-petang, untuk mencegah aksi nyata terorisme. Hasilnya jelas tidak sensasional untuk suatu berita. Senyap. Tidak curai. Meski tak terlihat, sebenarnya kalau orang mau jujur hasil kerja mereka dapat dirasakan. Masyarakat berkegiatan sehari-hari dengan aman. Bagaimana dengan ledakan bom di Makassar? Kalau Tim Densus 88 tidak bekerja keras sudah barang tentu setiap hari kita merasa tercekam, karena ledakan bom akan terjadi setiap hari. Di luar kepolisian ada cukup banyak komunitas yang bergerak dalam aksi pencegahan terorisme. Mereka merangkul kalangan anak muda jangan sampai jatuh ke dalam ajaran fundamentalisme teroris. Mereka bekerja lampas sehingga tidak menarik untuk dijadikan berita. Tidak sensasional. Tepatlah apa yang ditulis oleh pengarang Injil Yohanes bahwa orang-orang Kristen bermental sarkofobik gnostik, yang iman mereka bergantung pada selebretis petobat baru, adalah orang-orang yang tidak berbahagia, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Itulah mengungkap kebenaran, yaitu percaya . Lalu bagaimana dengan fakta Kebangkitan Tuhan Yesus? Ternyata berita tentang kebangkitan Yesus banyak ditutup-tutupi. Dalam Matius 28:13 menyebutkan imam-imam kepala menyebutkan, " Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan menyatakan-Nya ketika kamu sedang tidur. " Ayat ini menggambarkan bahwa sejak awal kebangkitan Yesus Kristus, para imam kepala dan tua-tua agama Yahudi telah berupaya membungkam bukti para tentara Romawi yang menjaga kubur Yesus, yang adalah kebangkitan Yesus Kristus sendiri dengan kebohongan. Oleh karena itu, kesalahan mengherankan jika saat ini ada banyak upaya "membungkam" berita Kebangkitan Yesus Kristus. Akibatnya dalam persekutuan dan pelayanan melayani diliputi berbagai kepalsuan. Sehingga timbul keraguan, iman yang lemah, ritual yang hanya sekedar formalitas dan rutinitas saja di tengah-tengah jemaat. Dalam berkembang hidup penuh dusta, kebohongan, keragu-raguan dan ketakutan seperti ini, Tuhan Yesus datang berdiri di tengah-tengah kita danmemberi salam " Damai sejahtera bagi kamu! ". Ia datang ke dalam hati dan hidup kita. Ia datang ke persekutuan kita masing-masing, untuk membuktikan bahwa Dia hidup. Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup kita mengubahkan perasaan kita, seperti yang dirasakan para murid pada waktu itu. Dia mengubah ketakutan menjadi berita yang mengejutkan. Dia memberikan kekuatan dan kemampukan pada kita untuk menjadi saksi-Nya. Hidup jujur dengan mengatakan dan benar adalah sebuah keutamaan. Sebab hal tersebut berasal dari sebuah pilihan tetapi suatu keharusan dan kita akan merasakan arti langsung yang sebenarnya jika demikian dan tidak ada pintu hati dan pikiran kita. Demikian pula kita tidak menampakkan pribadi yang 'palsu' namun menjadi pribadi Kristen yang asli / orsinil. Seperti saat Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-Nya, "Damai Sejahtera bagi kamu" maka damai sejahteralah kita dan kehidupan kita. Dengan kebangkitan-Nya, marilah kita benar-benar menempatkan diri sebagai saksi-Nya dengan mengatakan dan benar, sehingga kita dapat menyatakan makna kebangkitan-Nya di tengah dunia. Dan kita dapat dikatakan sebagai pengikut Kristus, saksi Kristus yang dapat benar-benar menjalankan segala yang ada secara otentik, bukan dusta namun sejujurnya. Tuhan senantiasa memberkati. Selamat untuk jujur dan tidak kagetan, dan tidak mudah terheran - heran, Tuhan Yesus memberkati. STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, JATENG, 2021, TITUS ROIDANTO

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun