Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta akan Rumah Tuhan Mewujudkan Ibadah yang Menghidupkan

28 Februari 2021   22:34 Diperbarui: 28 Februari 2021   23:35 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat Allah menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya dengan cara membangkitkan Dia dari antara orang mati. Jadi makna penyucian Bait Allah yang Tuhan Yesus lakukan menurut Injil Yohanes terkait dengan keselamatan Allah yang dinyatakan dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Pertama , Penyucian Bait Allah sebagai lambang karya pengudusan dan keselamatan Allah kepada umat-Nya dinyatakan melalui peristiwa salib, yakni melalui kematian Kristus di Bukit Golgota. 

Oleh sebab itu, subjek membersihkan atau menyucikan bait Allah adalah Tuhan Yesus sendiri. Meskipun untuk itu, Kristus harus menerima risiko bahwa tubuh-Nya mengalami siksa salib dan kematian. Kedua, penyucian Bait Allah pada hakikatnya yang dipercaya bahwa manusia tidak mungkin dapat memperoleh keselamatan dari Allah melalui persembahan yang dikurbankan. Manusia tidak dapat menerima keselamatan Allah dengan mempersembahkan hewan kurban atau harta benda mereka. 

Upaya upaya amal dan perbuatan baik yang manusia tidak lakukan dapat dipakai untuk menebus dosa yang telah membelenggu seluruh kehidupan mereka. Itulah yang ditentukan, Kristus ditentukan Allah untuk mengalami kematian agar dengan tubuh-Nya yang telah dihancurkan oleh kuasa kegelapan, Allah dapat mengatur seluruh keberdosaan manusia. Kepenuhan pemulihan itu diteguhkan dengan peristiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati, yang semakin meneguhkan iman para murid dan kehidupan gereja mula-mula (Yoh 2:22). Dengan demikian iman kepada Yesus Kristus menjadi prasyarat utama untuk menerima keselamatan Allah. Sehingga salib Kristus diimani sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan.

PERENUNGAN
Seringkali umat memahami bahwa gereja hanya sebatas gedung dan tempat ibadah, maka melalui bacaan hari ini kiranya akan memperbaharui dan menyegarkan pengertian kita. Di dalam teologi Perjanjian Lama, bait Allah merupakan simbol kehadiran Allah yang Maha Kudus. Ini adalah pengertian yang umum bagi orang Yahudi. 

Dua peristiwa yang menjadi penanda bahwa Allah hadir adalah ketika Musa dan bangsa Israel menyelesaikan pembangunan Kemah Suci, maka "awan itu menutupi Kemah Pertemuan dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci" (Kel. 40:34). Allah yang mulia hadir dalam Kemah Suci tersebut. Peristiwa yang lain adalah ketika Salomo selesai melakukan pembangunan Bait Allah (2 Taw. 5:1-7:3). Setelah Salomo selesai menaikkan doanya kepada Tuhan, maka api pun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi rumah itu (2 Taw. 7:2). 

Dengan rujukan ini, maka umat Israel menghayati bahwa saat mereka datang ke Bait Allah, mereka sedang menghadap Tuhan di Bait-Nya. Bait Allah adalah pusat ritual mereka, baik saat mereka di wilayah Israel, maupun saat mereka menjadi seorang diaspora, yang berada di luar Israel, seperti halnya sahabat -- sahabat Islam maka bangsa Israel waktu itu dimanapun berada bila bersembahyang atau beribadah harus menghadap ke Bait Allah. 

Panggilan untuk datang menghadap Tuhan dalam ritual ibadah juga menjadi bagian ketaatan mereka pada perintah Tuhan melalui Taurat dan wujud Kasih mereka pada Tuhan yang telah lebih dahulu mengasihi mereka saat membebaskan dari perbudakan Mesir.Dalam Minggu Pra Paskah 3 kita diajak untuk melihat akan laku peribadatan kita. Ketiga bacaan di atas menginginkan kita melihat dan memahami laku peribadahan kita yang seiring sejalan dengan ajaran keimanan kita, meneladan Kristus. 

Kitab keluaran, memperlihatkan bahwa cinta pada Allah harus diperlihatkan dengan cinta pada perintah-perintahNya, atau kalau dalam Bahasa Perjanjian Baru meneladan Kristus, Surat untuk umat Korintus, memperlihatkan bagaimana bodoh nya umat yang tidak memahami ajaran keimanan tentang persekutuan dan ibadah serta arti mati disalibNya Yesus, dan injil Yohanes menunjukan bagaimana tempat ibadah telah dijadikan sebagai tempat yang tidak semestinya. Sekiranya, kita mencintai rumah Tuhan, atau tempat ibadah kita, bukan bearti membangun tempat ibadah yang indah tapi membuwat tempat ibadah atau rumah Tuhan itu sebagai tempat ibadah yang hidup, bukan hanya hidup, tapi menghidupkan bahkan menghidupi. 

Menjadikan rumah Tuhan, kecintaan kita akan tempat ibadah berwujud nyata sebagai tindakan hidup mengasihi sesame, meneladan Kristus. Sehingga, sebetulnya seperti pada masa pandemic ini, seharusnyalah gereja tidak hanya sekedar berinovasi akan ibadah online, tapi bertindak dalam nyata dalam kesulitan hidup umat atau masyarakat sekitar yang tertimpa kesulitan karena pandemic atau bahkan bencana alam. Di tengah disrupsi dan dampak pandemi covid 19, gereja dipanggil untuk menjawab kebutuhan umat sebagai ekspresi cinta kepada Rumah Allah (oikos). Yesus mengingatkan bahwa sebenarnya Bait Allah itu fana. 

Semegah dan sekuat apapun Bait Allah dibangun suatu saat akan hancur. Karena sebenarnya yang tidak hancur adalah Dia, Yesus, yang mampu menentukan "Bait Allah" kebangkitan-Nya. Yesus tidak alergi dengan ritual peribadatan. Yesus menghendaki setiap peribadatan yang kita jalani dilakukan dengan penuh cinta, terhubung dan kesatuan. Dengan demikian, ritual peribadatan yang dijalani mengarahkan kita untuk bersyukur dengan sepenuh cinta dihadapan Allah. Karena sebenarnya masalah cinta akan rumah Tuhan itu soal merawat, merawat kehidupan, bukan ancaman kehidupan. 

Sangat menarik, bila kita belajar dari Bahasa aslinya, Kata "Bait Suci" di Injil Yohanes 2 ayat 13-18 menggunakan kata HIRON, ini penting kita ketahui karena kata ini mewakili struktur, mewakili bangunan, mewakili organisasi. Tetapi kata "Bait Allah" di Injil Yohanes 2 ayat 19-20 memakai kata NAHOS yang menggambarkan Allah memenuhi, Allah mendiami bait tersebut. Jadi bukan lagi membicarakan struktur, membicarakan organisasi, membicarakan bangunan yang mati atau tumpukan batu-batu, tetapi tempat di mana Tuhan bersemayam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun