Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta akan Rumah Tuhan Mewujudkan Ibadah yang Menghidupkan

28 Februari 2021   22:34 Diperbarui: 28 Februari 2021   23:35 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu Pra Paskah 3, 2021, 07 MaretLeksionari : Keluaran 20:1 - 17, 1 Korintus 1 : 18 - 25, Yohanes 2 : 13 -- 22, CINTA AKAN RUMAH TUHAN MEWUJUDKAN IBADAH YANG MENGHIDUPKAN, BAHKAN MENGHIDUPITafsir Keluaran 20: 1 - 17

Dari bacaan ini, kita melihat bagaimana Allah menunjukan diriNya sebagai penyelamat umatNya, itulah Allah yang setia atas umatNya, kesetiaan inisiatif penyelamatan Allah atas manusia itu dilakukan dari masa ke masa, sejak masa bangsa Israel, masa Yesus Tuhan ada di bumi, serta masa para rasul sampai sekarang atau masa para rasul sampai kedatangan Yesus Tuhan yang kedua kalinya. Jadi hakikat keselamatan bukan dari hasil usaha manusia tetapi semata-mata anugerah Allah. 

Allah yang berinisiatif untuk membebaskan manusia (dari kungkungan / perbudakan dosa) oleh karena itu Allah memproklamirkan diriNya sebagai Penyelamat manusia, hal itu dilakukan atau dinyatakan oleh Allah lewat cara penyelamatanNya atas bangsa Israel sebagai bangsa pilihanNya yang tercatat dalam PL, dan dengan cara Yesus Tuhan yang ada di bumi (Allah turun ke bumi) pada kesaksian tulisan-tulisan di injil, serta lewat Roh Kudus masa para rasul (surat-surat sampai wahyu kepada Yohanes) sampai saat ini. Sehingga trinitas atau tri tunggal juga bisa dipahami sebagai tiga cara Allah menyelamatkan manusia dalam tiga masa berbeda Allah menyelamatkan manusia. 

Proklamasi itu terlihat jelas dalam pernyataan Allah pada bangsa Israel, yang telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir, Keluaran 20:22. Kesepuluh firman sebagai hukum yang Tuhan berikan, diawali dengan pernyataan tindakan kasih Allah yang telah menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir (ayat 2). 

Pernyataan kasih Allah tersebut menjadi dasar Israel untuk menyembah Allah. Dengan mengigat hal demikian, pelaksanaan hukum oleh bangsa Israel tidak hanya dilihat sebagai respon ketaatan hukum semata, tetapi juga respon atas kasih karunia Allah yang telah memerdekakan mereka. Dalam bacaan ini, terlihat siapakah Allah yang harus disembah, Allah yang harus disembah adalah Allah yang bertindak atau Allah yang setia. Salah satu usaha Allah menyelamatkan manusia lewat bangsa pilihanNya Israel adalah lewat sepuluh perintah Allah yang diberikan kepada bangsa Israel yang sudah dimerdekakan dari perbudakan. Melaksanakan sepuluh perintah Allah, adalah menunjukan cinta bangsa Israel atas Allah yang setia pada umatNya bangsa Israel, dan imbal balik dari umat, bangsa Israel untuk menunjukan cintanya pada Allah yang setia dengan kehidupan yang benar atas pelaksanaan sepuluh perintah Allah tsb. 

Tanggapan atas kasih Allah sebagai pembebas, diwujudkan dengan pelaksanaan hukum yang terarah kepada Tuhan dan sesama. Terarah kepada Tuhan termuat di ayat 3-11. Dan terarah kepada sesama tertulis di ayat 12-17. Mereka melaksanakan hukum Tuhan, karena telah menerima kasih Allah terlebih dahulu, dan keharusan melakukan hukum dengan ketaatan. Oleh karena itu, ketaatan akan hukum Allah harus menjadi pusat kehidupan, sebagai bentuk kasih kepada Allah dan sesama. Mencintai Allah bearti melaksanakan perintahNya.Tafsir 1 Korintus 1:18 - 25Kota Korintus adalah kota yang kompleks kehidupannya, karena kota Korintus adalah kota pelabuhan dan ada 2 pelabuhan besar di sana maka sangatlah wajar bila ada silang Bahasa dan budaya, karena kota Korintus adalah kota perdagangan. Karena itu, tak disangkal di kota Korintus juga tidak asing dengan praktek premanisme, korupsi, dll. Kesenjangan social juga terjadi di sana antara laki perempuan, kaya miskin, Yahudi Yunani, dan orang merdeka dengan budak. 

Dengan kenyataan latar belakang seperti itulah Rasul Paulus mewartakan bahwa Yesus Tuhan telah menghimpun orang percaya baik itu laki perempuan, kaya miskin, Yahudi Yunani, orang merdeka atau budak, semuanya sama untuk bersatu hati dalam satu Roh untuk menyembah Yesus Tuhan secara merdeka, berdiri sama tinggi duduk sama rendah di rumah Tuhan, tempat ibadah, dalam sebuah persekutuan. Halal merintang tak dapat ditolak, ketika Rasul Paulus meninggalkan kota Korintus dan telah ada di Efesus atau sedang menuju Efesus, kehidupan yang diajarkan Rasul Paulus berubah, mulai ada kesalah pahaman dan perselisihan, jemaat masing-masing mulai menggunakan ukuran kebenarannya sendiri, dalam perjamuan meja, jemaat sudah tidak mau lagi duduk sama rendah berdiri sama tinggi, mulai ada pembedaan, mulai tak mau duduk Bersama. 

Pengajaranpun mulai ada yang menyusupi dengan ajaran sesat, yaitu menganggap kebodohan bahwa Yesus Tuhan itu mati di salib, pemikiran mudahnya kalau Tuhan kenapa harus menderita mati di salib, pemberitaan Kristus itu suatu kebodohan. Utamanya orang Yahudi, ingin ada tanda ke Tuhan an Yesus, kenapa malah ditampilkan Yesus Tuhan yang menderita mati di salib, mana tanda otoritas sebagai anak Allah, atau Tuhan. Dalam budaya Yahudi, mati tak menyentuh tanah itu mati terkutuk (Ulangan 21:23), masak Yesus Tuhan mati terkutuk. 

Sebetulnya, dalam kronologi perjalanan sejarah pemikiran-pemikiran yang keliru inilah yang kemudian sekian abad setelahnya mempengaruhi sahabat-sahabat Islam, sehingga dalam islam atau alquran pun "nabi Isa" dianggap tidak mati di salib tapi digantikan orang laen, sehingga sahabat-sahabat Islam tidak bisa menerima kalau Yesus itu Tuhan, karena latar belakang pemikiran ini. Karena teologi penderitaan atau jalan derita bagi Tuhan itu tidak bisa diterima oleh tradisi Yahudi maupun tradisi Arab. Tuhan kok menderita? Dan orang Yunani juga menganggap jalan derita Yesus itu tidak masuk akal, menurut orang Yunani yang cenderug menggunakan akalnya itu dianggap kebodohan. Dalam latar belakang seperti ini, Rasul Paulus melayangkan suratnya, Tepatlah jika salib diterapkan sebagai suatu batu sandungan orang Yahudi dan suatu kebodohan bagi orang Yunani (1 Kor. 1: 23b). 

Atas pandangan itu Rasul Paulus mengatakan bahwa apa yang dianggap sebagai kebodohan dan sebagai batu pasir justru dilihat sebagai hal yang sangat berharga bagi kerajaan Allah. Kristus yang disalib adalah sumber hikmat Allah (1 Kor. 1:21). Tepatnya, hanya orang yang telah dipanggil dan dipilih Allah saja yang mampu memahami salib Kristus sebagai kekuatan yang menyelamatkan. Pertentangan antara hikmat Allah dan hikmat manusia, mewakili pertentangan antar kelompok di dalam tubuh gereja di Korintus. Bagi golongan Yahudi, salib suatu batu sandungan dan bagi golongan Yunani suatu kebodohan (ay. 23). 

Paulus memiliki suatu uraian yang sangat baik dalam menjawab pertanyaan orang Yunani dan Yahudi tentang makna salib. Orang Yunani mencari hikmat: mereka terkenal dengan para filsufnya dan sudah memiliki pikiran maju pada zamannya dengan mengembangkan nalar dan pikiran-pikiran logis. Mengapa bagi orang Yunani salib sebagai kebodohan? Salib dalam pandangan mereka adalah kutuk atau akhir perjalanan bagi seorang yang memiliki hukuman berat. Maka bagi mereka tak masuk akal kalau salib adalah jalan keselamatan dari Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun