Mohon tunggu...
Tito Yulianto
Tito Yulianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - blog.titoyulianto.com

Saya Tito Yulianto, Lahir dan Besar di Kab. Kuningan, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Bekas-Bekas Tali

21 Mei 2014   22:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BEKAS-BEKAS TALI

Tito Yulianto

Dulu, tali warna warni melengkung indah sebagai pelangi

Sebagai benang pakaian tujuh bidadari yang mandi telanjang di sela bebatuan

Kadang tali itu menjelma jalanan yang dilalui orang-orang

Di ramaikan plang-plang penunjuk arah dan sesekali remaja, orang dewasa muda tua

Bergandengan menyusuri trotoar menuju tempat kencan.

Tak jarang tali itu membentang terangkai jadi permadani

Menghias ruang tamu tuan-tuan. Atau menjadi sungai sebagai unsur vital kehidupan bawah jembatan.

Ia pernah juga melingkar cantik di pergelangan tangan, leher, dan jari manis.

Sesekali kita saling bertukar. Kita selalu memakainya seperti azimat saja

Sampai bekas putih melingkar.

Ah, romantisme terbentang terkait pada sebuah dimensi

"Inilah sebagian keindahan surga!"

Tak ada kesal: kita berkelakar

Tak ada marah: kita bergurau

Tak ada sedih: kita saling menyebalkan

Tak ada bosan: kita bergantian memecahkan balon-balon berwarna

Tali itu memang benar-benar pelangi,

"Melengkung menghias cakrawala…"

…

Namun, yang namanya dunia memang mirip toko serba ada

Hanya kepastian, ketegasan, kemapanan dan semua yang berbau keabadian

Tak mungkin tersedia. Dan orang-orang hanya bisa terpaku dalam damba

Diri disibukkan beragam kebutuhan lainnya.

Saat bahagia kita mendamba semuanya tak akan pernah sirna

Saat terluka tidak aneh kita keras berupaya agar sampai di situ saja

Kita memelihara saat penuh anggur ria dan

Mencerabuti pepohonan derita dengan harapan dapat memanfaatkan umbi seenaknya.

Demikian, sehingga keterpisahan dari hal yang telah begitu akrab dan menyenangkan, Akan begitu tampak mengerikan! Menyeramkan! Melebihi kematian yang tak mungkin terelakkan!

…

Tak sedikit tali yang akhirnya berubah menggantung di tiang eksekusi

Banyak juga yang hanya tercecer, sebagian hanyut di sungai entah kemana

Mati dini pun akhirnya harus dijelang.

"Ini kecelakaan! Itu kecelakaan!"

Jerit kita menjuduli perihnya kejadian

Dan kemudian kita mendikte haram pada setiap kelahiran

Tanpa mau mencurigai barangkali ada nilai yang dapat menambal kekosongan lainnya.

Hari ini kita sudahi saja;

Meratapi jejak tali yang pucat tak akan dapat membayar keterpukauan pada pelangi yang pernah kita sembur dengan air kumur…

Kecuali mengulur-ulur udzur, menggusur-gusur mundur

Kita akhiri saja menangisi gambar yang pernah terekam tandas dan kini kabur

Kita berhenti meratapi ukiran yang dulu mengkilap dan kini kusam

Kita sudah semakin tua

Terlalu setia waktu pada ujungnya

Masih banyak kegunaan kita berhubungan

Meski tanpa sebuah ikatan!

Cilaja-Kuningan, 26 mei 2005

Tito Yulianto adalah Alumni Universitas Kuningan (Uniku), FKIP, Prog. Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun