Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Dengarkan Orang yang Sudah Tidak Membaca Tiga Hari

23 September 2020   14:28 Diperbarui: 23 September 2020   14:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang pria penggemar buku, yang memiliki koleksi ribuan buku dan dipajang sebagai dekorasi di ruang tamu rumahnya kadang merasa sedih, bahkan acapkali merasa gelisah jika ada tamu datang ke rumahnya.  Manakala tatapan sang tamu menerpa susunan buku di rak, hampir sebagian besar terpana dan bertanya. 

Untuk sesaat sang pria merasa bangga saat sang tamu terpana, namun dilanjutkan dengan rasa sedih dan gelisah saat sang tamu mulai bertanya.  Beberapa tamu bertanya, "Ada berapa buah bukunya?".  Sebagian lagi bertanya, "Butuh berapa lama mengumpulkan buku sebanyak itu?". 

Dan yang paling membuat sedih dan gelisah, ada yang bertanya, "Apakah semua buku tersebut sudah dibaca, dan kapan membacanya?".  Bahkan yang lebih naif lagi, "Bagaimana membaca buku segitu banyak?".  Atau, "Apa tidak sayang uang yang dicari susah payah dibelikan buku dan hanya untuk dijadikan dekorasi ruang tamu?".

Bayangkan, entah karena apa, sampai logika berpikir pun tak digunakan oleh sebagian besar dari mereka.  Mereka beranggapan membeli buku seperti membeli baju, beli selusin dan dipakai sehari satu.

Sang pria harus berulang-ulang menjelaskan, bahwa buku tersebut dibeli satu demi satu.  Dibaca sampai habis, kemudian beli lagi yang baru.  Bukan sekali beli sepuluh, kemudian diletakkan di rak dan dibaca satu demi satu, atau tak dibaca sama sekali.

Sudah berulang kali pula, bahkan jika diibaratkan dengan peringatan mungkin sudah masuk ke dalam kategori "ultimatum", mengenai minat baca masyarakat Indonesia yang konon berada pada tingkatan bawah. 

Mengenai seberapa rendah tingkat bawahnya, tak perlulah kita paparkan di sini, oleh sebab tak elok bagi lubuk hati kita yang paling dalam sebagai anak bangsa.  Yang pasti, kita semua sebagai putra bangsa ikut bertanggung jawab, bagaimanapun caranya, apapun metodenya untuk meningkatkan minat baca sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-masing. 

Jika masih juga tak mampu menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk meningkatkan minat baca, cukuplah setidaknya dengan berdiam diri dan berdoa siang malam agar minat baca rakyat negeri ini membaik, jangan malah ikut menjerumuskan generasi penerus kepada kemiskinan literasi yang kian hari kian mengenaskan.

Pada hakekatnya, kondisi suatu bangsa dan negara banyak dipengaruhi oleh keadaan alamnya masing-masing.

Di negara-negara yang memiliki iklim empat musim, di mana salah satunya adalah musim dingin yang sangat keras dan mematikan, memaksa para penduduknya untuk berdiam diri di rumah barang sebulan hingga tiga bulan.

Pada kondisi seperti inilah cikal bakal kegemaran membaca tumbuh subur di kalangan masyarakatnya, oleh sebab untuk mengisi waktu luang beberapa dari mereka akan memilih untuk membaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun