Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Selera Tak Bisa Diperdebatkan

22 September 2020   11:59 Diperbarui: 22 September 2020   12:17 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang pria paruh baya, merangkap suami dan anak-anak putri yang menjelang dewasa mempunyai hobby menanam pohon, apapun jenis pohonnya.  Hanya saja, sebagaimana lazimnya kaum pria mereka tak akan menanam pohon yang pada akhirnya menimbulkan keruwetan di kemudian hari.  

Baik dalam hal perawatan maupun dalam hal keaneka ragaman jenis tanamannya.   Tanpa bermaksud bias jender, dalam hal menanam pohon para pria kebanyakan lebih suka menanam yang praktis-praktis belaka.  Contohnya, lebih memilih menanam pohon yang menghasilkan buah dibandingkan yang tidak.  

Untuk tanaman hias, lebih cenderung memilih jenis tanaman yang bentuknya sederhana, tanpa bunga warna-warni.  Maka demikianlah yang dilakukan pria paruh baya yang sejatinya sudah uzur tadi.  Di rumahnya yang lumayan sempit, tepatnya di beranda balkon rumahnya beberapa jenis tanaman dalam pot ditata dengan gaya seragam.  

Terdiri dari tiga jenis tanaman saja, empat pot besar pohon palem hijau, delapan pot pohon pakis kelabang yang ditata di antara pohon palem serta empat pot pakis sarang burung.  Ditambah dengan sebuah pot berukuran sedang, tempat bunga teratai ungu bersemayam dengan anggun.  Bunga kesukaan pria yang tak pernah absen ditanam di rumahnya sejak memulai bahtera rumah tangga dua puluh tiga tahun lalu.

Di sepetak tanah di sebelah teras merangkap garasi di lantai dasar, ditanamlah sebuah pohon mangga, daun sirih dan sebatang jeruk sambel.  Sisanya rumput gajah mini yang terkenal gampang dirawat.  Cukup ditanam dan dipelototi siang malam, maka sang rumput akan tumbuh subur tanpa kurang suatu apa.  

Begitulah riwayat penanaman dan perawatan tanaman yang dilakukan oleh sang pria, yang juga memiliki kesibukan lumayan tinggi di luar rumah.  Tanamannya yang tak terlalu rumit dan ditanam di dalam pot, cukup disiram dua hari sekali.  Jika terlupakan tiga hari juga tak akan berakibat apa-apa.  Apalagi yang dilantai bawah, yang ditanam di atas tanah, disiram seminggu sekali pun tak ada yang peduli, dan tanaman baik budi tersebut tak akan pernah layu. 

Tanaman yang tidak terlalu beragam, namun penuh dengan kehijauan awalnya cukup lumayan dalam menghadirkan kesejukan di tengah udara kota Tangerang yang panas membara.  Acapkali di waktu luangnya, sang pria beserta anak dan istrinya bercengkerama di taman kecil tersebut, tak jarang juga jika sedang sendirian mengetik artikel dilakukannya di sana. 

Namun demikian, keberadaan taman yang sederhana tersebut tak berlangsung terlalu lama.  Manakala pertumbuhan pohon mulai kelihatan membaik dan menyubur, maka intervensi tiga mahluk hidup serumah yang kebetulan berjenis kelamin sama, dan cenderung memiliki selera yang serupa pula mulai terjadi sedikit demi sedikit.  

Awalnya, sang putri sulung menyarankan sang ayah menanam pohon lidah buaya, dengan alasan bisa dipakai untuk perawatan rambut.  Sang ayah menyanggupi dan memenuhi keinginan putrinya dengan riang gembira, sebab di samping sangat menyayangi putrinya, juga berpikiran tanaman aloevera tersebut tak terlalu merepotkan dan tak jauh berbeda bentuknya dengan family pakis dan palem.

Maka bertambahlah empat pot tanaman lidah buaya, dengan asumsi masing-masing kepala menggunakan satu pot lidah buaya.  Yang satu pot untuk berjaga-jaga jika tiga pot yang lainnya tewas mengenaskan akibat terlalu sering dipanen.  

Atau bisa juga jika setelah menoleh ke kanan dan ke kiri dan tak ada yang melihat, sang pria mengoleskan daun lidah buaya ke kepalanya yang entah kenapa bermusuhan dengan rambut, yang konon kata orang sang rambut rontok akibat kapasitas otak tak mampu mengimbangi ajakan berpikir sang empunya.  Pesan moralnya, jika otak tak mampu diajak berpikir keras, maka rambut akan musnah.  Oleh sebab itu sebelum berpikir pertimbangkanlah, rambut atau hasil pikiran yang lebih kita butuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun