Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Selera Tak Bisa Diperdebatkan

22 September 2020   11:59 Diperbarui: 22 September 2020   12:17 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Petaka mulai mengintai, tatkala sang putri bungsu, yang kebetulan memiliki selera bagaikan seorang petani ikut urun rembuk.  Tak tanggung-tanggung, ia meminta dibelikan segenggam bibit bunga matahari, segenggam biji tanaman sayur pak choy dan segenggam biji bunga morning glory.  Bibit bunga matahari disemaikan ke dalam empat pot, dan diletakkan di beranda balkon, menemani palem dan pakis serta teratai. 

Morning glory ditanam di lantai bawah di sebelah tiang lampu jalan, dan biji pak choy ditaburkan begitu saja oleh si bungsu yang urakan dari lantai atas ke sepetak tanah di lantai bawahnya, sambil berpesan kepada ayahnya untuk tak lupa menyiraminya setiap hari.  Akibatnya bisa diduga, dua bulan kemudian sepetak tanah di lantai bawah tersebut dipenuhi pohon pak choy, tiang lampu dirambati morning glory, yang pada bulan keempat terpaksa diakhiri hidupnya, 

oleh sebab khawatir menutupi lampu jalan di ujung tiang.  Hanya pohon bunga matahari saja yang tumbuh dengan anggun di dalam pot, yang dua bulan selanjutnya menghasilkan bunga berwarna kuning menyilaukan.  Sang ayah mulai jengkel bukan kepalang, lantaran warna hijau sejuk tamannya dinodai warna kuning garang yang bikin mata perih.  Pantas saja di beberapa negara, bunga warna kuning senantiasa dijadikan karangan bunga untuk acara bela sungkawa, setidaknya menjadi bunga yang cocok atau pantas jika dibawa ke pemakaman.

Puncak dari segala malapetaka, adalah tatkala sang pemilik kuasa rumah tersebut ikut campur dalam hal pertamanan.  Maka segala kewajiban sang pria bertambah berkali-kali lipat.  Setelah berkolaborasi dengan dua putrinya, yang pada hakekatnya lebih mendekati kepada pemaksaan kehendak, maka diumumkanlah mulai hari tersebut sang bunda, demikian panggilan keramat di keluarga tersebut bagi penguasa rumah akan ikut menyumbangkan segala ide dan sumber dayanya dalam membuat meriah taman yang sejatinya akan dibuat sederhana oleh sang ayah. 

Akibatnya keesokan harinya, lusanya, minggu depan dan seterusnya, berturut-turut beraneka jenis tanaman hias memenuhi halaman rumah tersebut.  Setiap hari dua atau tiga jenis tanaman datang dan disarankan dengan tegas agar sang ayah merangkap suami si bunda menatanya, dan tak lupa menyiraminya di mana perlu.

Dengan penuh keterpaksaaan dan rasa sayang kepada keluarga, dengan bersungut-sungut sang pria paruh baya tadi menata tamannya sesuai dengan keinginan teman sekamarnya tersebut.  Alhasil, taman di beranda balkon pada akhirnya ditambah dengan dua jenis bougenvile merah dan putih, tanaman bunga teko yang entah kapan akan berbunga serta dua belas pot pohon sirih gading yang ditata di pinggiran lantai dan dibiarkan menjuntai ke lantai bawah.  

Sebuah pohon lotus berukuran sedang namun jauh lebih besar dari teratai diletakkan di sebelahnya.  Sang teratai mungil berwarna ungu, tampak terintimidasi dengan kebesaran lotus berwarna pink.  Jika mereka serempak berbunga, tampak kekontrasan yang menjengkelkan bagi sang pria, namun tampak indah bagi ketiga para wanita buah hati sang pria.

Tambahan lainnya dua pot pohon pepermint tak mau kalah.  Saking jengkelnnya sang ayah menambahkan serumpun pohon pandan, sekedar agar ada wewangian, dan sebuah pohon nanas yang ditanam di dalam pot setelah beberapa bulan sebelumnya sang istri membeli nanas dan membuang ujungnya begitu saja ke tempat sampah.  Karena melihat peluang bisa menjadi buah, sang suami memungutnya dan menanamnya di dalam pot.  Namun entah kapan pula pohon dari hasil daur ulang tersebut berbuah.

Dengan alasan, ingin menuntaskan keinginan sang putri bungsu, sang istri meminta sang pria paruh baya untuk membuat dua kisi-kisi berbahan kawat berukuran lebar sekitar lima puluh centimeter, di tempatkan berjajar dari lantai bawah ke lantai atas, menggenapi dua tiang balkon yang telah ada sebelumnya.  

Maka keempat tiang, dua tiang asli dan dua tiang buatan tersebut, dalam tempo yang tidak terlalu lama sudah menjelma menjadi sarana panjatan bagi dua pohon rambat melati Belanda dan dua pohon rambat morning glory.  Di malam hari bunga melati Belanda yang berwarna pink dan putih tersebut, menguarkan harum melati yang sangat kuat.  

Salah buatan bisa membuat merinding bagi mereka yang tak paham asal muasal sumber wewangian, dan mekarnya bunga morning glory berwarna ungu setiap pagi menambah semarak warna taman, serta menjadi tempat berkumpulnya burung gereja yang tak tahu diri, bercericit beramai-ramai sambil tak lupa buang kotoran sekehendak hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun