Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ingin Anak Sukses, Mendongenglah

20 Maret 2020   16:39 Diperbarui: 21 Maret 2020   11:19 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendongeng kepada anak| Sumber: nova.grid.id/Healza Kurnia Hendiastutjik

Sepasang anak muda, yang terdiri dari pria yang gemar membaca dan wanita yang gemar bercerita pada suatu hari mengikat janji untuk sepakat membentuk sebuah keluarga.

Mereka menikah dengan beragam cita-cita dan memiliki anak yang dapat dibanggakan. Dua tahun pernikahan, lahirlah seorang bayi perempuan, mungil dalam arti yang sesungguhnya, karena beratnya di bawah tiga kilogram.

Mereka sepakat, untuk membesarkan buah hatinya dengan jejalan dongeng setiap malam, terhitung sejak anak berusia enam bulan, atau setidaknya sudah bisa duduk.

Berbarengan dengan mengajarinya berenang, dalam kasus ini si ibu terlalu banyak menonton televisi yang menyiarkan para bayi yang belum tahu apa-apa berenang kian kemari. Tak jelas, sang bayi senang belaka atau ketakutan setengah mati.

Sebagaimana lazimnya orang bercita-cita, maka ketidaksabaran menjadi sahabat sehari-hari. Akhirnya, belum genap tiga bulan, sang ayah sudah dengan riang gembira suatu sore membawa pulang buku cerita bergambar untuk sang anak, yang jangankan untuk duduk, membalikkan badan sendiri pun belum mampu. 

Akhirnya, dimulai pada suatu malam, sang ayah yang tidak sabaran didampingi sang istri yang lebih tidak sabaran lagi membacakan buku bergambar, yang lebih banyak gambar dibandingkan tulisan kepada anak semata wayangnya.

Sang anak yang baru bisa berkedip-kedip, hanya memandang dengan mata membulat menatap buku cerita bergambar, yang kebetulan mengisahkan tentang anjing kecil yang bandel, yang terlambat pulang setelah empat ekor saudaranya sudah pulang ke rumah lebih dulu.

Pada hari pertama, kedua dan ketiga, tanpa bosan sang ayah membacakan cerita dengan penuh kegembiraan kepada bayi mungilnya, yang hanya senyum-senyum tipis dengan mata bulat.

Pada hari keempat, sang ayah takjub bukan kepalang, sang putri menjulur-julurkan lidah mungilnya menirukan gambar anjing kecil yang bandel dengan lidah mungilnya pula.

Sang ayah bersyukur menyaksikan keajaiban akibat sebuah dongeng terhadap bayi berusia dua bulanan lebih. Dan keesokan harinya beberapa buku cerita bergambar mulai menjadi kebutuhan pokok di rumah sederhana pasangan muda yang memiliki beraneka cita-cita tersebut.

Demikianlah hari demi hari berlalu. Sang anak sehari-hari bermain dengan buku bergambar, membolak-balik dan malam harinya dengan antusias mendengarkan sang ayah atau ibunya membacakan cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun