Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengajak Menikah, Sama Saja Mengajak Pergi Berperang

28 Februari 2020   16:55 Diperbarui: 28 Februari 2020   16:52 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mereka sepakat, bahwa pernikahan yang mereka lakukan adalah atas kemauan mereka sendiri dan atas pilihan masing-masing.  Sang suami pernah berjanji, apapun yang dilakukan sejak mulai pernikahan sudah bukan untuk dirinya pribadi, melainkan untuk keluarga.  Sejak mereka memiliki anak, yang dinomor satukan adalah demi kepentingan anak.  Itulah sebabnya, segala harta benda yang dimiliki, seluruhnya di atas namakan sang istri.  

Prinsip mereka, jika mereka bertengkar atau lebih jeleknya sampai terjadi perceraian dan sejenisnya, maka yang sangat dirugikan adalah buah hati mereka.  Sebab, bagi sang suami atau istri, sebuah perceraian tidak terlalu menjadi persoalan, cukup bercerai kemudian mencari lagi pasangan hidup yang baru.  Sementara bagi hati sang anak, akan hancur dan lukanya tak akan terobati.  Sia-sia semua teladan, atau dongeng-dongeng sebelum tidur yang dilakukan berbilang tahun oleh sang ayah dan bundanya.  Kenangan-kenangan indah yang mereka dapat sedari kecil hingga dewasa akan menjadi kenangan yang menyakitkan dan berdampak sangat buruk untuk kehidupan mereka sebagai seorang wanita di kemudian hari.

Sekarang ini, dengan adanya teknologi pembantu komunikasi, seperti pesan WA atau line, sangat membantu bagi keluarga tersebut dalam menjembatani jika mereka sedang berselisih paham dan enggan berbicara satu dengan lainnya.  Apalagi sejak anak-anak mereka menuntut ilmu di kota lain, maka group WA mereka sekeluarga menjadi penghubung yang sangat efektif. 

Kini di tengah kesibukan mereka yang kian hari semakin tinggi, apalagi para anak hanya berkumpul dua minggu atau sebulan sekali, frekuensi ketemu suami istri gila kerja tersebut praktis hanya malam hari hingga pagi hari.  Sabtu minggu baru mereka berkumpul bersama, itupun jika mereka tidak sedang berselisih paham, sebab jika sedang perang dingin, ada saja alasan yang dicari-cari untuk meninggalkan rumah oleh salah satu di antara mereka.  Lazimnya, alasan yang dipakai adalah ada rapat profesi atau ketemu klien, maka pihak lain hanya bisa termangu-mangu seperti orang kehilangan akal.

Pernikahan

Pernikahan adalah kesepakatan antara dua pihak, untuk bersedia hidup berdua dengan menjalankan segala hak dan kewajiban bersama-sama, dengan keinginan masing-masing tanpa paksaan dari pihak manapun.  Kewajiban para pihak adalah menjalankan kehidupan dengan saling membantu dan saling percaya, sementara hak para pihak, salah satu di antaranya adalah berhak memiliki privasi atau menyimpan rahasia-rahasia tertentu yang harus dihargai oleh satu dan laiinya.

Namun demikian, karena dalam pernikahan sang suami sebagai seorang laki-laki dianggap sebagai pelindung bagi keluarganya, maka kewajiban yang paling berat tentunya dipikul oleh suami yang jika memiliki anak juga berperan sebagai seorang ayah.  Segala kewajiban yang harus dijalankan oleh sebuah keluarga, sejatinya adalah tanggung jawab suami atau ayah.  Istri dan anak hanya berperan sebagai pembantu.  Bagaimana jika sang anak dan istri tidak bersedia membantu, maka itu semua adalah risiko suami, sebab yang dahulu memilih istri adalah dirinya sendiri.  Jadi manakala istrinya di kemudian hari menjadi istri yang tidak menuruti apa yang diinginkan sang suami, itu semua terpulang kepada suami.  Salah sendiri kenapa memilih istri yang berbakat membandel.

Sebuah anekdot mengatakan, menyuruh seorang menikah, atau mengajak seorang menikah sama halnya dengan menyuruh atau mengajak orang untuk pergi berperang.  Jadi jika seorang pria mengajak seorang wanita menikah dengan dirinya, atau seorang wanita menyuruh seorang pria menikahi dirinya, sama artinya mengajak atau menyuruh orang lain pergi berperang.

Anekdot lain mengatakan,

ada dua perbuatan di mana dalam melakukannya kita tidak boleh mendengarkan nasehat orang lain, yaitu pada saat kita membeli pedang atau mencari suami/istri.

Kenapa demikian? Sebab segala risiko atas pilihan kita terhadap penggunaan kedua benda tersebut, yang menanggung akibatnya adalah kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun