Tatkala Nagasaki dan Hirosima porak poranda usai dijatuhi bom atom, kaisar Hirohito mengumpulkan para jenderalnya. Â Kemudian, para jenderal tercengang-cengang saat sang kaisar bertanya, "berapa jumlah guru yang tersisa?". Â "Kita sudah hancur lebur, yang bisa mengajarkan rakyat kita untuk membangun kembali Jepang, tak lain tak bukan adalah para guru tersebut. Â Maka, kumpulkanlah mereka dan bangun kembali negara kita.".
Lain di Jepang, lain pula bangsa Korea. Â Seorang manajer HRD di sebuah perusahaan asing milik pengusaha Korea, di Tangerang, yang kebetulan menjadi pengajar paruh waktu di sore hari di perguruan tinggi setempat, bertanya karena merasa risih dianak emaskan. Â
Berkali-kali mengajukan pengunduran diri, karena merasa tidak nyaman harus sering absen demi memenuhi kewajiban mengajar dalam rangka tri dharma perguruan tinggi, namun selalu ditolak mentah-mentah. Â
Alasannya sederhana; "anda seorang guru, seorang guru itu, jangankan hanya untuk menjadi manajer HRD, untuk membuat manusia bisa pergi ke bulan pun mereka mampu. Â
Jadi bekerjalah saja anda di perusahaan kami sesempat yang anda bisa, bantu kami menjalankan perusahaan dengan ide-ide yang anda miliki.". Â Sang manajer bangga bukan buatan.
Dalam dunia perfilman di Amerika, khususnya Hollywood, yang seperti kita maklumi, hanya ada dua negara di planet bumi ini yang berani melayar-lebarkan kisah tentang polisi korup, yaitu Amerika dan India. Â
Namun lihatlah bagaimana Hollywood menceritakan tentang sosok guru di film-filmnya? Â Hampir semuanya bercerita tentang guru yang menjadi pahlawan, di sebuah sekolah yang tadinya seperti hutan belantara. Â Murid-muridnya nakal luar biasa, bagaikan lima setan digabung jadi satu. Â
Di akhir cerita biasanya murid-murid yang kesetanan tersebut menjadi santun luar biasa. Â Sang guru muncul sebagai pahlawan penyelamat generasi. Â
Memang ada juga cerita satu dua tentang guru yang bejat, namun presentasinya jauh lebih rendah dibandingkan dengan guru yang ditokohkan sebagai pahlawan.Â
Beda sekali jika mereka menceritakan tentang dunia polisi, kalau tak mati menjelang pensiun, atau istrinya hamil, yah sudah pasti tentang polisi korup.
Sekarang, lihatlah bagaimana bangsa ini menokohkan tokoh guru dalam sinema-sinemanya, khususnya sinema elektronik yang ditonton hampir sebagian besar putra-putri pertiwi secara gratis melalui layar kaca. Â