Namun, tindakan boikot dan tolak ini bukan yang pertama di Indonesia. Dalam sejarah budaya penolakan di Indonesia, pernah tercatat jika pernah ada boikot produk roti hingga marketplace online.
Narasi boikot terhadap produk-produk itu tercipta usai ada perbedaan "pandangan" terhadap sesuatu, hingga akhirnya membentuk gerakan boikot atau tolak yang ramai di publik.
Jadi, sebenarnya budaya penolakan "cancel culture" itu sebanarnya kontroversi atau edukasi, baik atau buruk, tergantung pada dimana kamu memandang dan menggunakannya.
Ibaratnya hal ini sebagai pisau bermata dua, jika tidak berhati-hati gerakan penolakan itu tentu tidak akan bertahan lama dan bisa jadi berbalik kepada dirimu.