Jika belum menemukan jalan keluar, bikin komitmen bersama terhadap masa depan anak seperti apa. Salah satunya adalah polah asuh.Â
Memang hal paling mudah adalah memberikan smartphone kepada anak agar diam dan tidak mengganggu pekerjaan rumah.
Tapi, hal terpenting adalah sejauh mana komitmen orangtua membatasi gadget pada anak. Jadi, diskusikan baik-baik dengan pasanganmu.
2. Temukan pattern si anak saat sedang kecanduan gadget
Misalnya saja, setiap habis mandi pagi orangtua sudah mulai sibuk bekerja. Ayah berangkat ke kantor, ibu sibuk pekerjaan rumah. Anak sendirian dan merasa bosan, agar anak tidak rewel biasanya gadget yang jadi solusi.
Begitu juga ketika makan, anak selalu rewel atau lari-lari saat makan. Lagi-lagi gadget menjadi solusi.
Bahkan termasuk saat anak agar mau naik ke tempat tidur, gadget jadi solusi. Orangtua biarkan sang anak bermain sampai ngantuk sendiri dan ketiduran sampai gadget yang gantian 'melihat' si kecil tidur.
Temukan pola-pola ini dan lakukan analisa. Setiap anak, setiap budaya pasti berbeda. Untuk itu solusinya pasti bisa berbeda dan tidak sama. Namun, tidak ada salahnya kan pelajari saran saya dan adaptasikan sendiri.
3. Ajak kompromi lingkungan sekitar anakÂ
Kita tidak bisa membatasi anak kita hanya berinteraksi dengan orangtuanya saja, pasti juga ada kakek, nenek, om, tante, dan sebagainya. Namun bukan berarti kita lepas begitu saja anak kita tanpa mendapatkan pengawasan.
Beberapa problem di antaranya ketika kedua orangtuanya kerja, anak akhirnya dititipkan kepada orangtua atau mertua. Bahkan ada juga yang dititipkan kepada sepupu. Biasanya, saat dititipkan mereka memberikan gadget kepada anak kita agar tidak rewel.
Kalau sudah begitu, kita sebagai orangtua akan merasakan dampaknya, karena anak akan jadi kecanduan gadget. Untuk itu, kita perlu ajak kompromi dengan orang-orang di sekitar anak, kapan waktunya menggunakan gadget kapan tidak.Â
Memang akan susah dan menjadi pertentangan, itu hal wajar. Tugas kita hanya memberikan pemahaman bahwa kapan saja waktunya boleh memakai gadget, kapan si anak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.