Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menjadi Seorang Ayah, Sahabat, dan Teman Bermain Si Kecil di Tengah Pandemi

8 Februari 2021   18:57 Diperbarui: 8 Februari 2021   19:26 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah bermain bersama si kecil. Sumber: ibudanbalita

Gara-gara pandemi, si kecil menjadi tidak punya teman main, padahal harusnya tahun ini dia sudah mulai PAUD. Masa ini sebenarnya masa emas si kecil untuk belajar, bersosialisasi, beraktivitas, dsb. Saya menyadari hal ini beberapa waktu terakhir, si kecil sedang bermain sendiri. Bahkan jika dia mulai bosan, selalu nyamperin bapaknya ajak main.

Dari hal - hal remeh ini saya belajar dan menyadari banyak hal, peran orang tua bagi tumbuh kembang si kecil sangat penting. Apalagi di saat pandemi ini kita dihadapkan permasalahan membatasi pertemuan dengan banyak orang. Saya kadang merasa sedikit egois, apakah saya salah ikut membatasi kegiatan si kecil di luar rumah bersama dengan anak-anak yang lain.

Tentu hal ini harus dipikirkan oleh orang tua seperti saya. Mengingat, beberapa kali di keluarga saya sempat "berkenalan" dengan Covid-19. Bersyukurnya, hingga sekarang si kecil selalu aman dari bahaya virus corona satu ini. Tentu saya tidak mau menempatkan resiko untuk anak saya.

Ternyata memang tidak mudah menempatkan diri sebagai bapak dan kepala rumah tangga di tengah pandemi seperti sekarang. Sebagai seorang kepala rumah tangga, saya harus pintar-pintar mencari uang tambahan selain gaji tetap kantoran pada umumnya. Mengingat kebutuhan si kecil meningkat dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang datang.

Terkadang saat-saat cari tambahan uang ini, si kecil selalu minta untuk ikut duduk satu kursi. "Papa aku juga kerja. Ketik ketik," ujar anakku yang akan menginjak umur 3 tahun. Hal ini sering dia lakukan ketika melihat bapaknya duduk di "kursi singgasana" depan komputer yang ada di dalam kamar.

Beberapa kali, saat bapaknya lelah ingin melepas lelah, si kecil selalu meminta ijin untuk duduk di kursi tersebut seperti ingin menggantikan posisi bapaknya untuk bekerja. Gak jarang dia sampai menangis sambil ngomong, "Aku kerja. Aku kerja papa". Kalau sudah seperti itu, aku bersila di depannya dengan senyum dan bilang, "Adek boleh kerja, jika adek sudah sekolah. Sekarang main dulu ya sama papa".

Berbeda lagi ketika bapaknya ini sedang WFH dan tidak sedang menggunakan komputer. Dia tahu, jika komputer sedang tidak dipakai dan biasanya digunakan untuk menonton film, entah itu film "sing", "frozen" ataupun "big hero 6". Dia sangat senang sekali melihat film ini, terutama frozen.

Jika film ini sudah main di layar komputer, dia kegirangan sekali bahkan dia sampai hapal gerakan sekecil apapun itu. Bahkan gerakan itu tidak aku sadari sebelumnya. Kalau sudah memasuki adegan bernyanyi, dia selalu ajak bapaknya menyanyi, mengikuti gerakan di dalam adegan itu. "Ayo papa nyanyi nyanyi papa".

Hal yang paling menyenangkan kalau sudah begini adalah melihat keceriaannya, senyumnya, keaktifannya, semua hal yang dilakukan si kecil ini menjadi sebuah momen yang tidak akan terlupakan sampai kapanpun. Sebuah priceless yang tidak bisa digantikan oleh apapun pula.

Karena saya menyadari pentingnya anak untuk belajar sejak dini dan memang si kecil senang bernyanyi dan menari, terkadang saya memilihkan tontonan edukasi buat dia. Seperti halnya menyanyi tentang berhitung, menghapal abjad, mengenal hewan, dsb. Syukurnya, dia sudah bisa berhitung satu sampai sepuluh, tidak hanya dalam bahasa indonesia, tapi juga bahasa inggris. Dia sudah hapal banyak nama hewan - hewan. Sedangkan untuk abjad, dia masih belajar banyak.

Membangun kedekatan dengan si kecil tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Semua itu harus dimulai dari hati yang tulus. Saya merasakan itu dan usaha saya ini membuahkan hasil. Bahkan karena kedekatan ini, si ibu kadang merasa jealous dengan si kecil yang lebih memilih bapaknya ketimbang si ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun