Mohon tunggu...
Titi Waluyanti
Titi Waluyanti Mohon Tunggu... Guru - Butiran debu

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bubur Sumsum yang Sarat Makna

13 Agustus 2021   09:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   09:12 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, suami saya membuat bubur sumsum untuk kami sekeluarga. Kebetulan anak-anak juga senang bubur buatan ayahnya. Buburnya dibuat agak kental dengan juruh gula jawa asli.

Bubur sumsum sudah saya kenal sejak saya kecil. Ketika saya masih kecil, ibu saya membelinya di pasar dengan dibungkus daun pisang. Ketika makan, saya menggunakan sobekan daun pembungkusnya bagian pinggir, lalu melipatnya sehingga bisa untuk menyendok bubur.

Nah, karena tekstur bubur yang lembut seperti sumsum itulah mungkin bubur itu disebut bubur sumsum. Ketika saya tinggal di Yogyakarta, saya mengenal nama lain untuk bubur dengan jenang. Bubur sumsum disebut jenang sumsum atau jenang lemu.

Bubur sumsum terbuat dari tiga bahan, yaitu tepung beras, santan, dan gula. Daun pandan bisa digunakan sebagai aroma alami yang wangi dan segar. Jenang lemu terasa lembut, manis, dan gurih. Lembut karena teksturbubur yang berbahan tepung beras, manis yang beras dari juruh, dan gurih yang berasal dari santan kelapa asli.

Juruh/kuah gula: dokpri
Juruh/kuah gula: dokpri

Juruh atau kuah gula terbuat dari gula jawa yang dilarutkan dalam air dan dipanaskan. Sebaiknya juruh panaskan sampai agak kental supaya lebih nikmat. Daun pandan bisa ditambahkan sebagai aroma alami nan segar.

 Bubur sumsum atau jenang lemu ternyata bukan sekadar jenang yang mengeyangkan dan nikmat, tetapi memiliki filosofi budaya dan tradisi Jawa. Dilansir dari m.fimela.com, jenang lemu yang terdiri dari dua elemen berbeda, yaitu warna putih dan rasa manis. Warna putih dari bubur sumsum memiliki makna kebersihan hati dan pikiran atau tubuh kembali segar. Sedangkan rasa manis menunjukkan kesejahteraan, rasa terima kasih, manisnya hidup, dan kebahagiaan.

Ketika pembubaran panitia pernikahan kami, keluarga suami yang asli Yogyakarta menyajikan bubur sumsum dalam mangkuk kecil. Mereka menyebutnya dengan jenang lemu. Tentunya mereka menyajikan bubur itu bukan sekadar sajian biasa, tetapi ada makna di balik itu. Mereka berharap kami kembali segar setelah bekerja menyelenggarakan acara pernikahan. Selain itu, mereka berterima kasih atas kerja sama dari panitia dan saudara-saudara yang telah membantu kami, dan berharap kami hidup bahagia.

referensi: m. fimela.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun