Mohon tunggu...
TITING KARTIKA
TITING KARTIKA Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, senang traveling dan menulis

Alumni Pendidikan S1 Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta. Mendapatkan Program Beasiswa Unggulan (PBU) Double Master Degree di Universitas Sahid Jakarta untuk program Magister Manajemen Pariwisata dan di Universiti Utara Malaysia (UUM) program Master of Business Administration (MBA) in Tourism and Hospitality Management (2007-2009). Saat ini sedang studi S3 Manajemen Konsentrasi Pemasaran Kajian Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengguar Surga Wisata di Bumi Bandung Selatan

9 Oktober 2021   17:50 Diperbarui: 11 Oktober 2021   20:42 3742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: www.dakatour.com

“Bandung Selatan di waktu malam
 Dalam asuhan Dewi Purnama
 Cantik mungil kesuma melati
 Putri manja ibunda pertiwi”

Itulah penggalan bait dari sebuah lagu berjudul “Bandung Selatan di Waktu Malam” yang diciptakan oleh Ismail Marzuki pada tahun 1948. Di masa revolusi perang kemerdekaan itulah lagu tersebut tercipta dan hingga kini tetap abadi dalam benak penghuninya. Lirik yang menggambarkan bagaimana indahnya bumi Bandung Selatan pada malam hari (asuhan Dewi Purnama) dan menjadi anugerah untuk ibu pertiwi. Keindahannya terbingkai dalam bentang alam yang memesona dan terpatri di setiap sanubari.

Memoar Bandung Selatan, kini, dan nanti

Bandung Selatan merupakan bagian dari Kabupaten Bandung yang terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangannya. Namun demikian alam dan peninggalan leluhur di kawasan ini tak lekang oleh waktu sehingga memoar masa lalu tetap terukir hingga saat ini dan nanti. Seolah tak terbantahkan, keindahan alam dan masyarakat yang masih menjaga nilai-nilai kearifan lokal dan membangkitkan nostalgia lama.

Bandung Selatan laksana Mojang Priangan yang merepresentasikan kecantikan dari dalam, kerendahan hati, dan kesejukan dalam memandang. Daya tarik wisata yang tersebar di beberapa tempat adalah keniscayaan bahwa Bandung selatan menawarkan surga wisatanya. Tak hanya alam, pesona Bandung Selatan dibalut oleh potensi wisata lainnya seperti budaya, seni, sejarah dan kuliner.

Beberapa potensi wisata berbasis alam yang sangat menarik diantaranya Kawah Putih Ciwidey, Situ Patenggang, Kawah Rengganis, Perkebunan Teh Rancabali, Pemandian air panas Cimanggu, Pemandian air panas Ciwalini, Kampung Cai, Barusen Hills, Bukit Jamur, Ranca Upas, Kebun Petik Stroberi, taman kelinci, Ciwidey Valley Resort, Green Hill Park, Pemandian air panas Cibolang,  Legok KOndang Lodge, Glamping lakeside, Kampung Pago, D’Riam Riverside Resort, Batu Cinta, Pulau Asmara (Rancabali), Perkebunan Teh Sinumbra, Kebun Teh Malabar, Situ Cileunca, Situ Cisanti, dan Gambung.

Sementara itu, untuk jenis wisata berbasis budaya dapat ditemukan di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kampung Adat Mahmud, Kampung Jelekong dan beberapa tempat lainnya. Menikmati wisata di tempat-tempat tersebut seolah membawa kenangan lama bagaimana karuhun masa lalu membingkai hidup dalam kesederhanaan berdampingan dengan alam dan berperilaku “motekar” (berpikir kreatif) agar anak cucu tidak tergerus zaman namun tetap menghargai budaya leluhurnya.

Seperti yang tergambar di Kampung Jelekong, pengunjung bisa menikmati hasil karya lukisan-lukisan indah karya masyarakat setempat. Tak hanya dapat membeli lukisan, program edukasi melukis dan pengenalan bunda sunda lainnya seperti seni wayang dan latihan dalang dapat pula dinikmati. Inilah sebuah konsep pengenalan budaya lokal kepada pengunjung dalam kegiatan wisata yang berorientasi pada penciptaan pengalaman wisatawan sehingga akan menjadi memori yang tak terlupakan.

Tak hanya kaya dengan wisata budaya, kawasan Bandung Selatan juga memiliki beberapa desa wisata seperti yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Bandung Nomor : 556.42/ Kep. 71- Dispopar/ 2011 Tentang Penetapan Desa Wisata Di Wilayah Kabupaten Bandung telah menetapkan 10 (Sepuluh) Desa Wisata. Sepuluh desa tersebut adalah Desa Alamendah (Kec. Rancabali), Desa Mekarsari (Kec. Pasirjambu), Desa Panundaan (Kec. Ciwidey), Desa Lebakmuncang (Kec. Ciwidey), Desa Lamajang (Kec. Pangalengan), Desa/ Kelurahan Jelekong (Kec. Baleendah), Desa Ciburial (Kec. Cimenyan), Desa Cinunuk (Kec. Cileunyi), Desa Laksana (Kec. Ibun) dan Desa Rawabogo (Kec. Ciwidey).

Setiap Desa Wisata memiliki keunikan tersendiri. Salah satunya adalah Desa Wisata Alamendah yang ada di Kecamtatan Rancabali. Pengunjung akan disuguhi pemandangan indah bernama Alamendah Arboretum Park dan Curug Awi Langit (alamendah.desa.id). Sementara itu di Desa Lebakmuncang Kecamatan Ciwidey, kekhasan lain dapat ditemukan yakni dengan adanya produksi kopi luwak. Kegiatan lain yang dapat dilakukan wisatawan antara lain adalah melakukan treking, berkebun stroberi dan salada. Bentang alam Ciwidey ini tersebar dalam beberapa tempat desa lainnya yang menawarkan keunikan  produk lokal dan pengalaman berwisata yang berbeda.

Seiring dengan pengembangan desa wisata di kawasan Bandung Selatan, hal ini mendorong wisata kuliner yang menggerakkan para pelaku usaha kreatif dan komunitas masyarakat seperti Pokdawis (Kelompok Sadar Wisata) dalam memperkenalkan kuliner lokal. Kreatifitas tersebut merupakan hasil dari masyarakat yang bersumber dari agroekowisata yang dikembangkan seperti produk dodol, selai, kerupuk permen stroberi dan produk turunan lainnya dari kegiatan pertanian dan perkebunan. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran pariwisata memberikan dampak ganda (multiplier effect) untuk berbagai pihak.

Konsep Desa Wisata ini dikembangkan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal. Seperti yang disampaikan oleh Nuryanti (1993), bahwa desa wisata merupakan keterpaduan akan adanya atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang berada dalam suatu struktur kehidupan menjadi atraksi utamanya. Melalui konsep Desa Wisata tersebut diharapkan masyarakat Bandung Selatan terutama bagi Desa yang sudah ditetapkan sebagai Desa Wisata akan meningkatnya pemberdayaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Konsep agroekowisata menjadi fokus pengembangan di beberapa Desa yang memang memiliki potensi wisata agro (pertanian dan perkebunan). Tak hanya sebagai tempat  sebagai mata pencaharian namun dapat diintegrasikan dengan kegiatan wisata sekaligus memberikan nilai edukasi kepada setiap wisatawan.

Hunian, Harmoni, dan Hasrat Wisata

Bentang alam yang indah, sebaran daya tarik wisata baik alam, budaya maupun sejarah semakin sempurna dilengkapi dengan hunian yang mendukung kualitas hidup. Konsep hunian ideal adalah yang kak hanya berorientasi terhadap bangunan fisik namun juga menjaga aspek lingkungan sehingga memenuhi prinsip pembanguan yang berkelanjutan. Konsep pembangunan hunian dengan nilai keunggulan dan terangkum dalam penta elemen seperti yang tergambarkan di www.podomoropark.com yakni: keunggulan karena adanya udara yang segar bersumber dari pegunungan Bandung Selatan, pemandangan gunung Malabar dan Patuha, 50% ruang terbuka hijau, danau yang indah yang dapat dijadikan sebagai pusat kemenarikan di kawasan Podomoro Park, dan pepohonan yang rindang sebagai paru-paru kawasan.

Sumber Foto: www.podomoropark.com
Sumber Foto: www.podomoropark.com

Kondisi inilah yang menyempurnakan keberadaan Bandung Selatan, pengembangan rumah resort dengan memperhatikan green living yang sekaligus dapat menciptakan keharmonian hidup bersama alam. Tak hanya kekayaan potensi pariwisata yang tersebar di setiap sudut Bandung Selatan, namun ketersediaan hunian Podomoro Park ramah lingkungan dengan suasana yang sejuk dan asri dapat meningkatkan kualitas hidup. Ketika hendak memejamkan mata dan mengistirahatkan tubuh dari aktivitas seharian, hunian yang sehat akan menciptakan pikiran yang sehat pula. Demikian juga jika esoknya ingin mengekspreksikan hasrat berwisata,maka kawasan Bandung Selatan sudah menyediakannya sehingga akan memberikan makna kebahagiaan dan menjadi bagian petualangan yang tak terlupakan.

 “Bandung Selatan Di Waktu Malam”, lirik lagu yang tak hanya menampilkan keindahan di waktu malam namun dalam setiap saat rentangan waktu. Sungguh keindahan bumi pasundan ini termasuk Bandung Selatan tak terelakkan. Tidaklah berlebihan jika seorang fenomenolog Martinus Antonius Weselinus Brouwer atau lebih akrab dipanggil M.A.W. Brouwer menyebutkan bahwa "Bumi Pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum". Disinilah, di Bandung Selatan, integrasi hunian yang harmoni dengan alam serta ekspresi hasrat berwisata terpenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun