Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menanti Hilal dalam Tiga Momen dengan Dua Metode

24 Mei 2020   00:05 Diperbarui: 24 Mei 2020   00:03 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hilal telah tampak. Begitulah kehadiran hilal selalu dinanti dalam tiga momen. Pertama, saat akan menentukan awal Ramadan. Kedua, untuk menentukan 1 Syawal. Ketiga, untuk menentukan awal Dzulhijah.

Lalu metode apa yang digunakan untuk menentukan ketiga momen tersebut. Terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama dalam penentuannya. Namun secara bijak pemerintah menggunakan dua metode yakni hisab dan rukyat.

Dimana hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Saat ini terhitung 1441 Hijriyah.

Muhammadiyah dalam penghitungannya menggunakan metode hisab sehingga jauh-jauh hari menentukan bahwa bulan baru 1 Syawal 1441 H jatuh pada Ahad, 24 Mei 2020.

Sementara NU menggunakan metode rukyatul hilal yang bisa dilakukan dengan mata telanjang atau melalui teleskop. Rukyat biasanya dilakukan setelah matahari terbenam karena hilal hanya tampak setelah matahari terbenam atau masuk waktu maghrib.

Lalu bagaimana cara penghitungannya? Begini, apabila hilal pertama muncul habis maghrib berarti dalam kalender Islam telah memasuki bulan baru. Tetapi apabila belum tampak maka bulan baru dalam kalender Islam akan dimulai bakda maghrib pada hari berikutnya.

Singkatnya, apabila hilal tidak terlihat, maka bulan berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Hal ini sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW "Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena kamu melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari."

Intinya Hari Raya Idul Fitri 1441 H jatuh pada hari Ahad, 24 Mei 2020.

Perbedaan metode penentuan awal bulan Hijriyah yang berbeda sering kali menjadi penyebab perbedaan pelaksanaan awal puasa Ramadan ataupun Hari Raya Idul Fitri. Namun dengan perbedaan tersebut, Pemerintah mengimbau agar perbedaan tersebut tidak menjadi persoalan.

Semuanya tergantung pada keyakinan, kemantapan hati, dan yang lebih utama selalu mengedepankan toleransi terhadap suatu perbedaan.

Alhamdulillah untuk penentuan 1 Syawal 1441 H terjadi kesamaan waktu antara NU dan Muhammadiyah yang jatuh pada Ahad, 24 Mei 2020. 

Namun dalam pelaksanaan salat Idul Fitri tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya, yakni dilaksanakan di rumah bersama keluarga. Masjid-masjid akan ditutup. Hal ini dalam rangka meminimalisir penyebaran wabah corona yang akhir-akhir ini kian merebak.

Sementara itu, Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Takbir Virtual Nasional dan pesan Idul Fitri dari Masjid Istiqlal, pada Sabtu malam, 23 Mei 2020.

Terkait lebaran, tidak ada acara silaturahmi saling mengunjungi sejalan dengan imbauan kepada masyarakat untuk tidak mudik. Sehingga lebaran akan dilaksanakan secara virtual dari rumah masing-masing.

Harapannya masyarakat mematuhi aturan ini demi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Agar pandemi ini segera berakhir dan seluruh aktivitas bisa berjalan normal seperti sedia kala.

Artikel ini menjawab tantangan event Kompasiana Satu Hari Bercerita Samber 2020 Hari 27 dan Samber THR

Yogyakarta, 23 Mei 2020

Semoga bermanfaat

Titik Nur Farikhah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun