Mohon tunggu...
Titi Ariswati
Titi Ariswati Mohon Tunggu... Penulis - Puisititi untuk sahabat sejati

Jemari menari tebar asa suci menuju mulia hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hadiah Terbaik

17 Januari 2023   13:25 Diperbarui: 17 Januari 2023   13:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/Titi Ariswati

Puisi Sambung

Tema : Januari Kelabu

Mendung menaungi gunung
Cemara terdiam murung
Angin bertiup melambai kepada burung-burung
Beri kabar duka menggulung
Aku terduduk jiwa mengapung

Jiwa tak lagi dapat kabar dari balik gunung
Meraih angan kosong melompong
Ku ikatkan dengan sebuah satu impian
Akankah  janji di Januari tak lagi peduli
Murung di rasa bahagia tak pasti
Cukup sudah nirwana menjadi saksi
Kepedihan ini cuma sekali saja

Atma berserak kepingan luka
Asa terbakar hangus amarah terpendam
Tak ada kata antara hati dan logika
Mati dalam kelabunya kecewa

Ranting patah berserak
Ditiup angin congkak
Daun hijau meranggas
Terenggut nestapa dan kecewa

Kecewa memercikkan basah yang gigil
pada relung jiwa Januari
Raganya seolah tak lagi bermaya
pendar hirap terbawa janji yang meruah
Di padang bulan yang kelam
aku mengadu kerikil-kerikil yang tercecer
memantik percik-percik asa
Merangkak dan merapah jejak
Hingga mentari berbinar kembali
di pelupuk pagi

Saat atma terbaring tanpa daya
Jiwa melanglang buana  
Darah di selang infus berlomba
Coba mengalirkan mantra-mantra
Dinding-dinding pucat berbisik pilu
Bangun ... dan raihlah mimpimu

Sukma tegar berkabut sendu nan pilu
Merobek lembar-lembar syahdu
Ria nan tawa tersulih kelabu
Rona binar wajah seakan malu-malu
Kuberdiri tegak di samping pintu
Saksikan dua rasa ini berseteru

Mendung tetiba menaungi Januari yang terik
Bulan ini taklagi indah seperti tahun-tahun sebelumnya
Harapan peroleh kejutan bahagia mendadak sirna
Selamat jalan kakakku tersayang
Kepergianmu adalah hadiah terbaik sepanjang hidup yang selalu lekat dalam memori

Langit tampak kelabu
Kabar lara datang tak terduga
Hati tertatih, tersayat, terhempas
Batin berbisik ingin mengumpat
Tapi sebuah pesan sejukkan jiwa
"Air mata boleh terurai, hati boleh bersedih, tapi lisan jangan sampai mengeluarkan kata yang Allah tidak sukai.
Begitulah sabda sang Nabi.

Senin, 16 Januari 2023

Puisi sambung dari anggota komunitas Rumah Pena Alegori (alumni kelas puisi KMO), pendiri Rani Iriani Safari.
Karya : Titi Ariswati, Erland Jaelani, Wildana Ikhwanudin, Almahdi Zaenudin, Ummu Rafasa, Fauzi Hammadfa, Jovanie Rinenza, Bait Rindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun