Mohon tunggu...
Tristan Jari
Tristan Jari Mohon Tunggu... Penulis - Kata dapat mengubah segalanya

Hay, selamat datang. Selamat membaca. Memulai banyak hal dari huruf A. Menyukai langit biru dan senja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kurasa Senja Masih Tersisih

12 Juni 2019   13:59 Diperbarui: 12 Juni 2019   14:19 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita adalah manusia, jika kita terlalu banyak mencapai keberuntungan, bisa saja kita telah sengaja mengambil keberuntungan orang lain. Bukan membatasi, hanya saja kita perlu berpuas diri pada apa yang sudah kita capai".

"Jadi senja adalah pelajaran mama?" Thalia masih merasa ada yang kurang.

"Setiap kali aku berpikir, aku rasa senja seperti tersisih, senja seperti dipaksa malam untuk segera berakhir".

"Ya Thalia,mama tahu kau akan berpikir seperti itu. Sebenarnya senja bukan tersisih, tetapi sudah seharusnya seperti itu porsi yang diberikan Tuhan pada senja. Coba saja thalia bayangkan, bukankan indah saat banyak orang dengan bahagia berkumpul menunggu senja? Bukankah senja yang hanya mampir sebentar membawa hal indah?. Cobalah berpikir positif, jangan menilai karena rasa kasihanmu pada senja tetapi pikirkan apa yang senja bawa bagi manusia".

Wanita paruh baya itu lalu menyesap kopinya dan tersenyum sambil mengangkat pundaknya dengan ekspresi seolah ia menunggu jawaban dari putrinya.

"Hmmmm...aku mengerti mama, senja adalah pelajaran karena ia sangat indah dan untuk itu kita harus bersyukur".

Keduanya lalu bangun dan tersenyum kemudian berjalan masuk kedalam rumah mungil mereka.

Belajar dari setiap hal kecil setiap hari. Entah itu kesalahan atau kebaikan. Entah itu kebahagiaan atau kesedihan. Berpuaslah pada apa yang kau raih,entah memuaskan dan cukup ataupun tidak.
Hidup tak akan mengajarkanmu banyak hal jika tak kau hargai proses menuju hal bernama Bahagia dan sukses

Jika masamu untuk memahami kehidupan tiba, kau bisa berbahagia karenanya. Percayalah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun