Mohon tunggu...
ATIK TAFRIKHAH
ATIK TAFRIKHAH Mohon Tunggu... Guru - Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Guru SDN Ciseupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Multikultural dalam Pembelajaran

31 Juli 2016   22:23 Diperbarui: 31 Juli 2016   22:40 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SPIRIT ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN dalam Pendidikan Agama Islam

Islam, pada dasarnya merupakan agama yang menjunjung tinggi humanisme dan menerima segala perbedaan yang ada. Selama tidak menyimpang dari aqidah, tata cara ibadah maupun aturan syariah yang ditetapkan dalam Al Quran dan Hadits, Islam menerima budaya komunal di masing-masing teritori tak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, keragaman budaya antar suku dan daerah di nusantara merupakan sunatullah. Tak pelak, Islam di Indonesia amat dipengaruhi oleh budaya yang bercorak keragaman atau multikultural.

Tujuan Pembelajaran:

  1. Menjelaskan nilai-nilai multikultural, toleransi, humanisme, dan demokrasi dalam bingkai agama Islam;
  2. Mengidentifikasi Kompetensi Dasar-Kompetensi Dasar (KD-KD) yang berhubungan dengan  nilai-nilai multikultural, toleransi, humanisme, dan demokrasi pada Kurikulum 2013 (K-13);
  3. Mengajarkan perilaku multikultural, toleran, humanis, dan demokratis dalam setiap proses pembelajaran.

Tayangan Film


Tahap 1
Pengantar

1. Bagaimana pendapat Anda jika dalam diskusi/musyawarah ada yang berbeda pendapat?
2. Bagaimana Islam rahmatan lil‘alamin diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah?

Istilah-istilah berkaitan dengan multikultural dalam pembelajaran:

  1. Multikulturalisme adalah pengakuan, toleransi dan penghormatan terhadap adanya perbedaan dalam masyarakat; sikap akomodatif terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, didasari prasangka baik untuk mencari persamaan di antara perbedaan-perbedaan tersebut untuk memudahkan hubungan sosial, gotong royong demi mencapai kebaikan bersama.
  2. Humanisme dalam Islam adalah memandang kesatuan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah dan memiliki asal-usul yang sama.
  3. Toleransi berarti kesabaran, kelapangan dada, memperlihatkan sifat sabar. Dalam bahasa Arab, toleransi disebut dengan istilah ikhtimal atau tasamuh yang mengandung arti sikap membiarkan berbeda dan tidak memaksa, berlaku baik, lemah lembut, saling memaafkan.
  4. Demokrasi merujuk kepada pemerintahan oleh  rakyat, juga meliputi hak politik dan sipil, hak ekonomi, sosial, dan budayabagi warga negara, terutama kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berorganisasi yang menuntut jaminan proses hukum, kebebasan, dan keamanan individu agar bisa efektif.

Tahap 2 :
Spirit Islam rahmatan lil 'alamin dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat

Dalam kaitan ini, sejatinya perbedaan menjadi instrumen tranformatif menuju nilai-nilai kerahmatan. Apalagi, dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa ikhtilaafu ummati rahmatun. Perbedaan di sini tidak hanya menegaskan sebuah negasi yang berarti mengedepankan pertentangan sambil mengesampingkan titik temu. Tetapi, perbedaan di sini meniscayakan sebuah relasi, tempat berinteraksinya semua jenis pemikiran dan pandangan yang melebur dalam sistem pengetahuan.

Buku bacaan yang menjadi pandu pengetahuan bagi peserta didik di sekolah harus dikelola dengan baik berdasar kurikulum yang mengemban misi kerahmatan. Setidaknya, melalui kurikulum tersebut, peserta didik bisa dibekali dengan modalitas sosial keagamaan yang humanis untuk meneguhkan spirit toleransi (tasamuh) dan moderasi (tawasuth) dalam menjalani tradisi akademik atau pola pembelajaran yang dinamis di sekolah. Bahkan, di luar sekolah peserta didik dapat mengekspresikan laku kearifan ketika berhadapan dengan bentangan perbedaan pandangan dan pemikiran yang melingkupi kehidupan masyarakat.

Selain itu, kurikulum yang berbasis kepada nilai-nilai kerahmatan dapat memfilter segala bentuk aliran maupun gerakan indoktrinasi keagamaan yang berpotensi kepada kerentanan kebangsaan. Baik yang berbaju radikalisme maupun puritanisme. Karena itu, kurikulum rahmatan lil 'alamin perlu direspons positif oleh semua sekolah untuk mendesain pola pembelajarannya. Hal itu penting dilakukan agar paham radikalisme bisa diatasi sedini mungkin dan tidak mengancam sendi-sendi ke-Indonesia-an kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun