Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dongeng tentang Surat

24 Januari 2021   22:38 Diperbarui: 24 Januari 2021   22:46 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kata - kata berubah menjadi lanskap
Ada rindu berselimut pelangi bunga - bunga disisipkan
Menghasutmu membaur pada cendramata
Surat yang kau genggam

Kata - kata tumbuh menjadi pohon
Menghiasi bilik kamarmu yang
Sepi ditemani teman cahaya
Pelukan dari angin

Surat membawakanmu kekasih
Menjelma liris memeluk hati
Menarik senyum debu disekitar
Pelupuk jiwamu

Surat berganti dari hari
Menuju detik menuju
Menit. Menuju dingin
Waktu digital senyap
Mengiris kesadaran dari
Lahirnya detik pertama
Membengkak dua, satu :
Nol, nol

Lambaian biru pada jendela
Memaku mata mencoba menarik ketiadaan kata
Seolah kau ada disana
Namun tak ada disana.
Kau diam dan tak ada
disana atau tidak ada
Disana tetapi ada disana

Bolak balik jemari
Terperangkap terang gelap
Digital menggigitnya masuk
Ke dalam menyelam pada
Pencaharian melupakan
Barisan kata yang tercecer
Tak ter-urus pada nol, nol
nol
nol.

Lalu;
Foto tersemat kanvas ceritamu
Membiarkan mata terpaku oleh biru
Dan aku benci dongeng
Tentang surat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun