Mohon tunggu...
Tirta Anhari
Tirta Anhari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Journalist, Computer Scientist

Pembelajar, Suka Nulis, Nonton Film, Baca Buku dan Diskusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Potret Belajar di "Negeri Tirai Bambu"

9 Februari 2016   22:35 Diperbarui: 10 Februari 2016   16:43 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2015, adalah tahun yang sangat spesial bagi saya. Kenapa? Karena nikmat-Nya yang begitu banyak diberikan, kini ditambahkan lagi, satu nikmat yang tidak mampu dibalas selain ucapan dan aktualisasi syukur kepada Allah SWT. Nikmat itu tak lain adalah, saya diberikan kesempatan untuk berkuliah (belajar) tidak di bumi pertiwi. Sebuah negeri yang bernama China (Tiongkok) atau dikenal dengan “Negeri Tirai Bambu”.

Alhamdulillah, beasiswa ini bernama “Chinese Government Scholarship atau yang dikenal dengan CSC, Program Studi Computer Science and Technology, Beijing University of Chemical Technology.  Sebelum saya berangkat kesini, banyak dari kita yang punya ekspektasi awal tentang bagaimana negeri ini, sebagai contoh; Tiongkok adalah Negara Komunis.Negeri yang terkenal dengan teknologi nya yang menguasai pasar di Indonesia (salah satunya) seperti di pusat kota Jakarta (glodok) atau negeri dengan segudang pengusaha dan pedagang Tionghoa. Atau negeri yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging b*bi, atau negeri yang terkenal dengan panda dan barongsainya serta, ekspektasi dan “dugaan” hal lainnya.

Singkat cerita, setelah saya menginjakkan kaki pertama kalinya, Tiongkok adalah negeri yang indah (tertib, bersih, teratur). Beijing International Airport saja, pada tahun 2014-2015 dinomatkan sebagai Bandara terbaik ke-2 di dunia (baca di Information Table di Airport). Udaranya juga, yang cukup sejuk karena letak geografisnya yang berada di utara bumi, berbatasan dengan Mongolia, Rusia dan Negara-negara lainnya.

Beijing, Kota yang sekaligus Ibukota Tiongkok juga merupakan kota yang terletak di utara Tiongkok. Jalan raya nya yang begitu lebar (4 jalur), banyaknya pejalan kaki dan pengguna transportasi public, sampai kesan pertama cepatnya mereka berbicara dalam bahasa mandarin.

Potret pertama yang saya temukan adalah, banyak penduduk Tiongkok terutama para pekerja kasar, supir taksi contohnya  tidak mampu berbahasa Inggris barang sedikit. Awal tiba di Beijing, saya begitu kebingungan untuk minta diantarkan ke kampus yang alamatnya berbahasa Inggris, hingga akhirnya saya minta tolong beberapa dosen di kampus saya untuk dimintakan berbicara dengan supir taksinya.  Setelah sampai dikampus, saya hanya mengucapkan “Xie xie” (modal utama untuk pergi ke luar negeri adalah bagaimana mengucapkan terima kasih bahasa mereka) kepada supir taksi dan senyum seadanya.  Tarif  taksi yang kira-kira dengan kecepatan rata-rata nya 60 Km/jam dalam waktu 45 menit, sebesar 64 Yuan (mata uang Tiongkok) yang kalau dirupiahkan 120 ribu rupiah (1 yuan=2100/Agustus 2015).

Ya, saya merasa Tiongkok adalah sebuah Negara dengan bahasa yang paling tersulit di dunia. Dan ternyata itu benar. Dosen saya, yang pertama kali mengajarkan bahasa mandarin, mengatakan bahwa bahasa mandarin adalah bahasa tersulit di dunia dengan karakter hampir 5000 karakter (hanzi) dan 4 tones (nada). Beliau saja bilang, banyak penduduk Tiongkok sendiri salah mengucapkan ketika berbicara atau menulis. Hal ini membuat saya juga merasa ter-Enyuh (bahasa gaulnya ngeluh). But “I Will Try!”.

Sesampai di kampus (BUCT) sebagai kampus negeri “211 Project Best Campus in China”, dengan 11.000 Mahasiswa dan lebih dari 400 lebih mahasiswa International, kampus ini memiliki 3 Kampus terpisah dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Kampus saya, Kampus 1 terletak di tengah kota, Hepingxiqiao Bei San Huan Dong Lu nama jalannya. Kampus ini cukup megah terdapat fasilitas seperti perpustakaan 6 lantai, fasilitas olahraga yang lengkap seperti lapangan sepak bola, basket, tenis, bulutangkis, gym dsb., lalu tentu saja ruang kelas dengan papan tulis kapur (kenapa harus kapur? Nanti saya ceritakan), lalu laboratorium yang cukup baik, gedung-gedung lainnya yang saya sendiri belum cukup tahu fungsinya, taman-taman untuk belajar atau hanya untuk duduk-duduk saja, Café Tea atau Cofee, lalu pusat kesehatan, pusat karier dan beasiswa, pusat penelitian, pusat kegiatan mahasiswa, ruang aula dan auditorium dan sebagainya. Lalu, yang terpenting terdapat kantin dengan 2 jenis. Kantin pertama untuk mahasiswa biasa, kantin kedua adalah kantin untuk mahasiswa atau warga kampus yang muslim (Kantin HALAL: Qing Zhen). Sayapun terheran!, Negara seperti Tiongkok dan kampus yang terbilang warganya mayoritas non-muslim, menyiapkan kantin untuk warga kampusnya yang muslim. Ya Allah, ini nikmat lagi yang diberikan oleh-Nya. Ternyata, mereka begitu menghargai bahwa kita adalah umat muslim. Alhamdulillah. 

Potret ke-dua yang saya temukan adalah, banyak mahasiswa mampu berbahasa Inggris walaupun S1, di semester 4 mereka diwajibkan untuk dapat berbahasa Inggris. Artinya, mahasiswa berbeda dengan lapisan masyarakat yang lainnya untuk berbahasa Inggris (potret satu tadi). Jadi kami yang sedang galau dengan bahasa mandarin, bisa saling belajar 

Potret ketiga, para mahasiswa memiliki banyak hobi dan kebisaan diluar dari major (jurusannya). Seperti Kungfu, pengobatan khas Tiongkok atau kegiatan diluar perkuliahan lainnya. Artinya, mereka juga aktif berkegiatan diluar jam perkuliahan. Seperti music atau lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kemahasiswaan. Kalau dikita, mungkin BEM atau UKM nya.

Potret ke-empat, para mahasiswa juga banyak yang menghabiskan waktunya di perpustakaan. Karena perpustakaan juga salah satu tempat favorit saya karena sangat tenang dan nyaman. Perpustakaan disini cukup nyaman dan bagus. Di buka, dari jam 8 pagi dan ditutup sampai jam 11 malam. Di perpustakaan juga kita dapat menemukan banyak para mahasiswa yang saling berdiskusi di meja kotak, para mahasiswa yang hanya sekedar wifi atau mencari literature bacaan dan membaca serta, para pegawai perpustakaan yang ramah dan tanggap.

Potret ke-lima, adalah mengenai kuatnya akar budaya bangsa Tiongkok. Kita semua tahu, bahwa Tiongkok mempunyai kalender Lunar (kalender tahunan) yang berbeda dengan bangsa lainnya di dunia. Sebagai contoh, Hari militer dan hari kebudayaan lainnya, memiliki akar nilai yang sangat melekat pada masyarkatnya. Terutama para mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun