Sehabis berkeliling, dan semua yang aku belikan sudah ditangan. Ku masukkan semuanya ke dalam tas sandangku yang cukup besar. Berlahan-lahan aku berjalan meninggalkan para penjual, beralih ke tempat lain.
Kerongkongan mulai terasa kering karena lalu lalang, sekitar pukul 16:30 WIB itu aku duduk di dekat penjual kaki lima. Ku pesan kopi hitam sambil pegang handphone androitku.
"Mbok e, kopi hitam," pinta ku kepada Mbok pedagang kaki lima yang mengaku berjualan di Pasar Tanah Abang sudah puluhan tahun.
"Ngeh mas."
 Kopi dalam cangkir plastik itu dihidangkannya di sampingku. Ku hirup perlahan-lahan. Diseberang mataku ada seorang perempuan bertubuh gepal dengan lipstik menor, rambut tergurai panjang, celana jeans dan baju kaus, melirik ku.
"Wah ngapain Mbak-mbak tu nengok-nengok aku dari tadi," gumam ku merasa dilirik.
Tak ayal, Mbak itu mendekat. Dia memesan Mie rebus.
"Mas nggak mudik," tegur Mbak-mbak itu, sembari langsung memperkenalkan diri.
"Saya Sarmina."
Wah nekat ini orang. Belum apa-apa sudah berani mengulurkan tangan. Karena kebiasaan budaya timur, aku pun menyambut uluran tangannya.
"Liu," kataku memperkenalkan diri.