Mohon tunggu...
TION ISWANTO
TION ISWANTO Mohon Tunggu... Lainnya - PENULIS PEMULA

Terampil dalam berkarya, Tekun dalam berjuang dan Tulus dalam berbuat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lembaran Kertas Putih dan Pena

23 April 2023   06:30 Diperbarui: 23 April 2023   06:34 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lembaran kertas putih tak ada  coretan.
Sebatang pena menari-nari membentuk tulisan.
Mengingat-ingat masa lalu yang penuh kenangan.
kata demi kata mengurai cerita sebuah kejadian.

Bekejaran memperebutkan mainan.
Berteriak, berlari mengelilingi halaman.
Kaki munyil lincah melangkah bergantian.
Tersandung batu, jatuh bergulingan.

Suara tangisan dan  ketawa saling bersautan.
Berlompat girang, berhasil mendapatkan mainan.
Ketawa melengking, melepaskan tepukan tangan.
Kesetika berhenti, mendengarkan teriakan omelan.

Bunda menghampiri mereka, dengan muka penuh cemong.
Takut yang dirasakan mereka, seperti melihat hantu di siang bolong.
mata yang melebar menatap, bagaikan pocong.
Sungguh beruntung, ayah datang sebagai penolong.

Sigap berlari, berlindung di belakang Ayah.
Suara yang nyaman, bijaksana dan beri bawah.
Berbalik badan, berdiri lutut, memandang mereka dengan kasih sayang tak pernah berubah.
Bunda mendekat dan tersenyum, walau cemong masih menghiasi  di wajah.

Sungguh indah, keluarga yang harmonis.
Ayah bunda selalu  tersenyum manis.
Kesetika tertawa, Ayah yang yang suka humoris.
Si adik kena jahil, hanya bisa meringis.

Matahari menyaksikan mereka, dengan penuh iri.
Pulang di perayuan, berlahan tapi  pasti, untuk mengakiri tugas di siang hari.
Beranjaklah rembulan, terang sinarnya, indah bagaikan wajah sang Dewi.
Bintang-bintang menghiasi, jumlahnya jutaan, itu semua dibalik kekuatan Ilahi.

Adzan berkumandang, bergegaslah mereka berwudhu.
Untuk menunaikan ibadah shalat yang fardhu.
Merapatkan barisan, dipimpin orang yang satu.
Takbir, rukuk, iktidal, sujud hanya menyembah Tuhan yang tiada sekutu.

Mengakhiri shalat dengan mengucapkan salam.
Tak lupa berzikir, agar cahaya ilahi tak pernah padam.
Menyebut Asma Allah yang penuh beragam.
Sermpak dilafalkan dan tak mungkin untuk terdiam.

Kini telah beranjak dewasa.
Ayah bunda sudah terlihat tua.
Tak pernah lupa berkunjung setiap hari raya.
Setiap momen untuk selalu berbahagia.

lembaran ini sudah penuh coretan.
Tinta pena telah dihabiskan.
Cerita ini sebagai pajangan.
Jika ada salah, mohon dimaafkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun