Mohon tunggu...
Tinta Digital
Tinta Digital Mohon Tunggu... Administrasi - Akun ini saat ini bersifat pribadi dan dimiliki oleh satu orang

Tinta Digital adalah karya asli Kelas Cyber Journalism Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015 FISIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin . Semoga menjadi inspirasi buat pembaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perawat Dengan Tarif Sukarela

5 Januari 2019   12:09 Diperbarui: 5 Januari 2019   18:36 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Helmi Mardani, perawat yang menolong dulu baru mikir upah (dokpri)


"Kebahagiaan Anda tumbuh berkembang manakala anda turut membantu sesama. Namun, bilamana Anda tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi - J. Donald Walters"

Kutipan yang tampaknya mengakar dalam jiwa seorang perawat muda, Helmi Mardani. Mapan dan tampan, tidak membuat Helmi mengurungkan niat untuk membuka pengobatan di rumah yang ia tinggali bersama Mama tercinta, Siti Mariam, di Jl. Las Family, Martapura, Kalimantan Selatan.

Berawal dari tetangga yang memberikan kepercayaan, Helmi dianggap serba bisa. Semakin hari, semakin ramai, dari yang berobat hanya tetangga sebelah rumah menjadi tetangga sebelah kampung. Merasa bahwa ada orang yang membutuhkan jasanya diluar jam kerja di Rumah Sakit, Helmi mantap untuk membuka pengobatan di rumahnya. Sederhana memang, tapi banyak sudah orang yang mendapatkan manfaat saat pintu rumah itu dibuka.

"Gak usah bicara tarif dulu, yang penting kita mengobati orang, orang jadi sehat dan kita jadi bahagia melihatnya," jawab Helmi sembari tersenyum saat ditanya mengenai tarif untuk pengobatannya.

Dibayar dengan sayur?

Cerita menarik terselip dimalam yang larut terdengar suara ketukan pintu. Setengah sadar, Helmi menyapa Usup yang datang dari Astambul yang berjarak 20,0 km dari Martapura untuk membawa istrinya berobat. Meskipun matanya begitu ingin terlelap, Helmi tetap berusaha sigap melakukan pengobatan. Setelah selesai, Usup dan istrinya menyalami Helmi sebagai permohonan maaf karena hanya mampu membayar dengan sayur yang mereka bawa. Bukannya marah, Helmi justru mengambil sayur tersebut dan memberikan ongkos Usup serta istrinya pulang.

Tidak dibayar sama sekali?

Cerita menarik lainnya terselip saat yang datang seorang paman becak. Seperti biasa, Helmi sigap melakukan pengobatan, tapi saat memberikan obat yang tergolong mahal, paman becak dengan wajah pucatnya yang dipenuhi keringat kerja keras mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk membayar pengobatan dan juga obat. Lagi, bukannya marah, Helmi justru memberikan obat tersebut dengan ikhlas.

"Rezeki dari Allah bisa datang dari mana aja, jadi gak masalah. Pokoknya buat orang yang mau berobat, datang aja jangan sungkan. Yang penting sehat dulu, kalo sehat nanti bisa kerja lagi cari uang," jawab Helmi ketika ditanya mengenai alasan kenapa mau dibayar sukarela, bahkan tidak dibayar sama sekali.

Pesan untuk perawat lain?

"Kita perawat memang butuh upah untuk melanjutkan hidup. Tapi jangan lupa juga, kita punya tanggung jawab dan tentunya keahlian yang memang dibutuhkan. Jadi ada baiknya, kita tolong dulu baru mikir upah" ujar Helmi.

Dunia sebenarnya dipenuhi orang baik, bisa dikatakan Helmi salah satunya. Jika kalian pernah mengatakan "Ah, sulit menemukan orang baik dizaman sekarang," mungkin kalian saja yang belum menemukannya. Atau justru diri kalian sendirilah yang bisa menjadi orang baik itu. (Nindita DS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun