Mohon tunggu...
Timora Sinaga
Timora Sinaga Mohon Tunggu... Lainnya - Realistis

Merdeka dalam berpikir, bijaksana dalam bertindak. Masih sedikit bacaanya, masih sering salah diksinya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilkada 2020 Berebut Simpati dan Kursi di Tengah Pandemi

17 Mei 2020   18:00 Diperbarui: 13 Juni 2020   07:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Logo KPU, Sumber : ajnn.net

Jika merujuk pada beberapa keputusan beberapa waktu ini, maka dapat kita pegang untuk sementara bahwa PILKADA 2020 dan semua rangkainnya ditunda hingga 9 Desember 2020 sesuai dengan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 yang sudah di tandatangani oleh Presiden Jokowi. KPU pun sebagai penyelenggara sudah mengeluarkan pernyataan untuk segera memulai rangkaiannya mulai bulan Juni ini. 

Terlepas dari segala payung Hukum dan penundaan nya PILKADA ini ada beberapa hal yang janggal kita lihat dewasa ini selama terjadinya Pandemi COVID-19 ini. Meskipun segala timeline PILKADA sudah di undur, namun masih ada beberapa hal yang ternyata tidak mundur.

Sosialisasi dan pengenalan para Bakal Calon masih bisa kita lihat di tengah masyarakat kita pada saat ini. Mengapa tidak, untuk para Bakal Calon yang sudah serius untuk ikut kontestasi ini, COVID-19 ternyata bukan menjadi penghalang untuk mereka berebut simpati calon pemilihnya. Ya, proses ini tidak menjadikan mereka mundur meskipun timeline PILKADA diundur.

               Untuk beberapa orang menyatakan pendapatnya, bahwa masihkah relevan untuk berkampanye praktik di tengah Pandemi ? Ternyata tidak, hal-hal seperti tentu menjadi sangat relevan untuk Demokrasi di Indonesia. Untuk negara yang sudah melakukan PEMILU beberapa kali, faktor electoral dan popularitas menjadi kunci kemenangan atau keterpilihannya seorang Calon. Visi/Misi menjadi nomor kesekian sebagai pertimbangan untuk memutuskan pilihannya.

               Petahana lah yang paling diuntungkan dari di tengah Pandemi ini. Mengapa tidak, melalui proses pembagian Bansos, BLT Kementerian, dan bantuan lain-lainnya. Para petahana memiliki media yang cocok mencari simpati untuk kedua kalinya. Cukup dengan turun langsung membagikan bantuan tersebut.

               Untuk sang penantang, ini merupakan ujian berat nya, untuk menunjukkan perlawanannya dia pun harus merogoh kocek lebih untuk mengkucurkan bantuan-bantuan pribadi untuk menunjukkan kepedulianya terhadap masyarakatnya. Berbagai hal dilakukannya, pembagian masker, APD, alat cuci tangan, sembako, dll.

               Namun tidak cukup dengan itu, di tengah Pandemi seorang Petahana pun harus menunjukan kesigapan dan kecermatan untuk mempertahankan serta memutus rantai penyebaran COVID-19. Jika ini pun dilakukan dengan baik, itu menjadi faktor yang bagus untuk kembali memenangkan PILKADA ini. Namun jika selama menangi COVID juga di rasa kurang mampu, maka penantang akan hadir dengan Visi dan Misi yang akan membackup kekekurangan Petahana. Kritik dan saran pedas akan menjadi alat sang penantang menaikkan popularitasnnya.

               Kita masyarakat sebagai objek, sudah bisa mulai dari sekarang memutuskan dan mempertimbangkan nama-nama yang beredar di tengah masyrakat ini. Berdemokrasi tidak menutup hati nurani kita, percayakan 5 tahun anda kepada orang yang benar-benar tepat. Demokrasi tempat kita belajar, semoga selalu ada tantangan untuk kepemimpinan di Indonesia, Pandemi ini menjadi ujian berat untuk sebuah hasil yang lebih nikmat.

Now this is not the end. It is not even the beginning of the end. But it is, perhaps, the end of the beginning. -- Winston Churchill (PM Inggris 1940-1945 ; 1951-1955)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun