Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Secuplik Kisah Kontribusi Besar Tionghoa di Jawa Tengah

27 November 2022   11:19 Diperbarui: 27 November 2022   11:19 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa itu membuat Sunan Pakubuwono II lari ke Magetan. Sementara Sunan Kuning dinobatkan menjadi raja Jawa dan Tionghoa yang bergelar Amangkurat V.

Selama bersembunyi, Pakubuwono II berdiskusi dengan kerabat keraton dalam mencari lokasi baru untuk pusat pemerintahan Mataram. Ketika itu ada tergulir tiga opsi, yakni Desa Kadipolo (sekarang Taman Sriwedari), Desa Sala (sekarang Keraton Surakarta), dan Desa Sasewu (sebelah barat Kecamatan Bekonang).

Dan akhirnya terpilihlah Desa Sala sebagai  pusat pemerintahan Kerajaan Mataram. Lokasi itu dipilih lantaran dianggap strategis.

Salah satunya karena terdapat Sungai Bengawan Solo yang menjadi pusat perdagangan sekaligus jalur transportasi andalan kala itu. Usai pemindahan pusat pemerintahan Mataram pun berubah nama jadi Keraton Surakarta.

Pada 20 Desember 1742, Sunan Pakubuwono II kembali berhasil merebut Keraton Surakarta dengan bantuan Vereenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC). Satu tahun berselang, VOC berhasil menangkap Sunan Kuning di Surabaya, Jawa Timur dan diasingkan ke Srilanka.

Usai pemberontakan dan pemindahan pusat pemerintahan ini, wilayah Desa Sala berkembang pesat hingga menjadi seperti Kota Solo yang kita kenal sekarang.

Selain soal Geger Pecinan, berbagai jejak Tionghoa dapat ditemukan dengan mudah di Kota Solo. Misalnya kesenian bertajuk Grebeg Sudiro, yang merupakan hasil akulturasi antara Solo dan Tionghoa.

Kesenian tersebut acap kali dipertontonkan saat Imlek tiba. Selain itu, sejumlah makanan khas Kota Solo pun tak luput dari akulturasi etnis Tionghoa, seperti timlo, ampyang, dan cincau hitam atau janggelan.

Ada pula Kampung Tionghoa yang terletak di Sudiroprajan, Kecamatan Jebres. Warga Tionghoa disana telah melebur dan berbaur dengan masyarakat lokal sehingga memiliki toleransi tinggi.

Sederet tokoh Tionghoa ternama pun turut berpartisipasi dalam kemajuan bangsa Indonesia melalui berbagai aspek. Misalnya dr Oen Boen Ing dan Lo Siaw Ging di dunia kesehatan.

Kemudian ada Go Tik Swan alias K.R.T Harjonegoro dan Asmaraman Kho Ping Ho yang merupakan budayawan. Ada pula Yap Tjwan Bing dan Oei Tjoe Tat sebagai politisi keturunan Tionghoa asal Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun