Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

New Normal dan Harapan Baru bagi Ekonomi Indonesia

17 Juni 2020   20:43 Diperbarui: 17 Juni 2020   21:11 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi Indonesia Harus Bangkit
Keputusan new normal tentu membuat masyarakat dapat sedikit bernafas lega karena nadi perekonomi akan kembali berjalan menuju kenormalan baru. Momentum ini harus dijadikan peluang bagi para entrepeneur, pejabat untuk tambah creative dan mengurangi impor, terutama stop impor barang barang yang tidak urgent untuk diimpor dan selalu mengedepankan mengimpor yang memang sangat dibutuhkan.

Dengan mengedepankan prinsip B & M (Bagus & Murah) agar country trade balance kita bisa membaik dan hasil atau product akhir kita bisa bersaing.

Dalam mengarungi dunia ekonomi tatanan Baru, inovasi, kreatifitas, konsisten menjalankan policy negara balance trade surplus, harus dijadikan prioritas.

Kita bangsa Indonesia pasti bisa bangkit, kompak, bersatu dan keluar sebagai pemenang, demi kita, anak cucu kita kedepan dan untuk kehidupan bangsa yang mandiri, maju serta kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.

Kita pasti bisa seperti negara Swiss, China, Singapura dan negara-negara lainnya yang sudah menjadi Negara Pemenang (Negara Balance Trade Surplus).

Korupsi tidak Bagus, country balance trade deficit 100 X lebih berbahaya dari korupsi. Target country trade surplus sudah sepatutnya di jadikan prioritas utama dalam bernegara demi negara yang mandiri. Lebih maju dan kehidupan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Mari Kita bersatu  berjuang untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara Pemenang( Negara Balance trade Surplus).

Perdebatan system ekonomi  negara, ibarat kue sepiring harus di bagi 1.000 orang. Sepintar apapun yang membagi pasti yang terima dan tidak terima akan ribut terus tidak cukup dan mengatakan yang bagi tidak benar atau tidak fair atau tidak becus.

Adakah solusinya agar tidak pada ribut ? Dengan dipotong tipis-tipis atau di potong zig-zag atau di potong square atau di potong bulat tetap saja akan ribut terus. Solusinya bagaimana? Tidak ada selain harus menambah kuenya dari satu piring menjadi misalkan 2 piring atau 3 piring atau 50 piring atau malah 500 piring dan seterusnya.

Sistem ekonomi cara apapun baik itu system liberal, sistem koperasi, sistem ekonomi Pancasila atau sistem apapun kalau kue ekonominya tidak di perbesar secara real, sistem ekonomi apapun dan ekonom sepintar apapun tidak akan bisa menyelesaikan permasalahannya, apalagi negara yang balance trade nya selalu defisit, tambah runyam.

Untuk negara solusinya bagaimana ? Agar tidak ribut terus dan tidak terjebak dalam kebangkrutan yang memang by design sengaja di design kartel ekonom dunia agar mayoritas negara di dunia secara tidak sadar selalu hidup dalam ketergantungan. Solusinya adalah belajar dari negara seperti Israel, Swiss, Singapur, China dll yang country balance tradenya selalu surplus.

Di antara Semua negara yang paling super adalah USA tanpa perlu susah payah, dengan ongkang ongkang kaki, nekan kanan, nekan kiri agar semua negara tetap memegang mata uangnya dan bisa memperbanyak peredaran US Dollar seenak udelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun