Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soe Hok Gie, Si Kritikus yang Gemar Mendaki Gunung

1 Januari 2020   15:32 Diperbarui: 2 Januari 2020   00:24 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Mapala UI/via kompas.com

Tokoh Tionghoa yang satu ini, pasti sudah tak asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Terlebih kisah hidupnya pernah diangkat ke layar lebar oleh sutradara kenamaan tanah air, Riri Riza pada 2005 silam.

Dia adalah Soe Hok Gie. Sosoknya begitu identik sebagai tokoh Tionghoa yang menentang kediktatoran pemimpin Indonesia di era Presiden Soekarno dan Soeharto.

Salah satu bentuk perlawanannya dituangkan melalui karya sastranya. Kedekatan Gie pada dunia sastra sebetulnya telah terpupuk sejak kecil.

Memang sang ayah, Soe Lie Pit atau lebih dikenal dengan panggilan Salam Sutrawan adalah penulis. Namun terlepas dari itu, Gie terbiasa membaca buku sejak masih duduk di bangku sekolah.

Bersama sang kakak, Soe Hok Djin alias Arief Budiman, Gie berkunjung ke perpustakaan umum dan taman bacaan di Jakarta. Saking cintanya, saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Gie malah sudah membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer.

Kecintaan akan sastra kian mencuat saat Gie masuk ke SMA Kanisius jurusan sastra. Di sinilah tulisan penuh kritik tajam mulai terasah, termasuk kesadarannya soal politik.

Berlanjut hingga ke jenjang perguruan tinggi. Ia menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) dengan jurusan sejarah pada 1962-1969.

Usai menempuh pendidikan, pria yang leluhurnya berasal dari Hainan, Republik Rakyat Tiongkok ini, berprofesi sebagai dosen sejarah di kampusnya sendiri. Selama itu pula, Gie aktif mengkritik pemerintahan lewat tulisannya yang dimuat di pelbagai media seperti Kompas, Harian Kami, dan Sinar Harapan.

Banyak kebijakan Presiden Soekarno dikritisi Gie. Dalam catatan hariannya yang dibukukan "Catatan Seorang Demonstran" tertulis mengenai politik adalah barang paling kotor, tetapi suatu saat tidak dapat menghindari maka terjunlah.

Ini pula yang terjadi ketika Gie meyakini bahwa rezim Soekarno tak lagi dapat diruntuhkan. Maka ia bekerja sama dengan para tentara dari Angkatan Darat.

Gie berhubungan baik dengan para perwira anti Soekarno. Sehingga gerakan mahasiswa yang ingin menumbangkan pemerintah mendapat pasokan materi hingga back up keamanan saat demonstrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun