Mohon tunggu...
Timey Erlely
Timey Erlely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Penulis - Peneliti- Konsultan Pajak dan Keuangan. Kunjungi instagram: timey_erlely

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Revolusi Industri 4.0 dan Tiga Cara Berpikir yang Dibutuhkan di Society 5.0

26 Juni 2022   10:55 Diperbarui: 26 Juni 2022   11:40 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Revolusi industri merupakan sebuah perubahan cara hidup manusia dan proses kerja secara fundamental. Kemajuan teknologi informasi mampu mengintegrasi berbagai aktivitas manusia melalui digitalisasi yang dapat memberikan dampak terhadap disiplin ilmu. 

Kalau di dunia pendidikan kita juga sudah belajar mengenai revolusi industri, peluang, dan tantangannya di masa depan. Misalnya, kita diberi tahu bahwa revolusi industri 1.0 yaitu masih ditekankan pada tenaga otot ke uap.  

Revolusi industri 2.0 di awal abad ke 20 yang menekankan pada otot-uap ke listrik. Revolusi Industri 3.0 dipicu oleh mesin bergerak, yang berpikir secara otomatis, komputer dan robot. 

Revolusi Industri 4.0 menekankan pada digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dengan fenomena distruptive innovation. Konsep industri 4.0 , pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di Kota Hannover, Jerman pada tahun 2011. Kemudian, secara cepat munculnya revolusi Industri 5.0 atau revolusi society 5.0.

Berbagai seminar online yang saya ikuti, mereka sering membahas revolusi industri 4.0 sehingga revolusi industri tidak hanya diketahui oleh dunia pendidikan, tetapi juga sudah menyebar ke masyarakat umum, khususnya di perusahaan besar hingga usaha-usaha kecil. 

Di dalam revolusi industri 4.0, kita didorong supaya memiliki skill yang dibutuhkan seperti  Complex problem solving,Critical thinking, Creativity, People Management, Coordinating with other, Emotional Intelligence, Judgment dan decision making, Service orentation, Negotiation, dan Cognitive flexibility. Saya merasa bahwa bukanlah cara yang mudah untuk memiliki skill yang begitu sulit dan harus memerlukan waktu yang lama untuk mempersiapkannya.

Ditambah lagi dengan literasi 4.0 ini tidak cukup hanya literasi lama (membaca, menulis, dan matematika) tetapi kita juga harus dibekali dengan literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Literasi data artinya kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan info informasi (Big Data) di dunia digital. 

Literasi teknologi artinya memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, dan Engineering Principles). Dan literasi manusia artinya humanities, Komunikasi, dan Desain. 

Melihat kebutuhan yang demikian apakah kita benar-benar mampu menghadapi era 4.0 hingga 5.0? ataukah kita akan kalah dan hilang dalam persaingan di era ini?. 

Menurut Penelitian MCKindsey Global Institute  di era 4.0 sekitar 30% tugas dari dua pertiga jenis pekerjaan akan dapat digantikan oleh teknologi seperti robot atau kecerdasan buatan (Artificial intellegance) MCKindsey memprediksi bahwa otomatisasi tersebut akan mengakibatkan hilangnya 3-14% profesi pada 2030. Sekitar 75 hingga 375 juta tenaga kerja di dunia harus berganti bidang mata pencaharian. 

Lapangan kerja baru muncul di bidang yang berhubungan dengan perancangan dan pengoperasian teknologi itu sendiri seperti Computer programming dan user interface designer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun