Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menegakkan SATRIYA sebagai Pahlawan di "Padang Kurusetra" Covid-19

11 November 2021   04:51 Diperbarui: 11 November 2021   04:54 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source rahasiabelajar.com 

Ironis jika budaya melayani ini belum juga terbentuk, karena mindset aparatur sipil negara masih saja beranggapan bahwa pejabat negara adalah pusat dari kekuasaan. 

Logika berpikir bahwa masyarakat yang kritis itu menjadi masalah dalam birokrasi jelas terbalik dan harus diputar kembali pada posisi seharusnya. Rakyat semestinya berhak menuntut pertanggung jawaban publik atas kualitas peran pelayanan pemerintahnya.

*Logika Teori Kuda dan Burung Pipit*
Kita mengenal teori "trickle-down" bahwa jika para elit sudah mendapat "jatah roti" maka pasti akan ada efek berantai ke bawah yang akan merasakannya. 

Ekonom John Kenneth Galbraith bahkan mencatat bahwa semacam "ekonomi trickle-down" juga telah dicoba  di Amerika Serikat pada tahun 1890-an dengan nama lain "teori kuda dan burung pipit" ("Horse and Sparrow Theory").

Teori kuda-dan-burung pipit berbunyi 'Jika anda memberi makan kuda cukup gandum,  beberapa cecerannya akan melewati jalan untuk burung pipit.'

Para "tokoh seniman" yang sudah mendapat "jatah" dianggap otomatis akan sudah memberi efek kepada para pekerja seni lainnya. Teori ini tentu tidak bisa berjalan ansich tanpa pendekatan kontekstual.

Menegakkan SATRIYA

Budaya birokrasi dilingkungan PEMDA DIY disimbolkan melalui akronim SATRIYA.

SATRIYA dimaknai sebagai watak ksatria yaitu sikap memegang teguh ajaran moral : sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh (konsentrasi, semangat, percaya diri dengan rendah hati, dan bertanggung jawab). Semangat "golong gilig" yang artinya semangat persatuan kesatuan antara manusia dengan Tuhannya dan sesama manusia. 

Sifat atau watak inilah yang harus menjiwai seorang aparatur dalam menjalankan tugasnya. SATRIYA juga merupakan akronim  dari : Selaras, Akal budi Luhur, Teladan-keteladanan, Rela Melayani, Inovatif, Yakin dan percaya diri, serta Ahli-profesional. Masing-masing hal itu merupakan butir-butir dari falsafah Hamemayu Hayuning Bawana yang memiliki makna dan pengertian luhur.

Tantangan SATRIYA adalah menjadi teladan pejuang integritas di padang Kurukshetra pandemi covid-19, yang harus mencerminkan nilai-nilai luhur dan mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun