Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mentalitas Burung Condor di Balik Tingginya Angka Kasus Covid-19 di Indonesia

15 Februari 2021   06:40 Diperbarui: 15 Februari 2021   07:05 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterampilan burung kondor Andes dalam membubung sangat penting untuk gaya hidup pemulung. Foto: Alamy (sumber : theguardian.com)

Hal yang justru sangat mengacaukan adalah adanya mentalitas Condor dibalik tingginya angka kasus Covid-19 dalam tata kelola pandemi di Indonesia. Moral hazard penanganan bencana alam maupun non alam selalu menjadi perhatian serius para pihak. Saya termasuk aktif dalam mengikuti perkembangan isu akuntabilitas kemanusiaan di tingkat Internasional yang salah satunya menggunakan sistem standardisasi HAP (Humanitarian Accountability Partnership). 

Kita bisa mengembangkan tata kelola pandemi Covid-19 yang lebih baik dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. 

Visibilitas respon tanggap darurat pandemi harus semakin dikuatkan. Peluang terjadinya
curang (fraudulence) harus dipersempit agar mentalitas condor sebagai salah satu moral hazard tata kelola pandemi Covid-19 makin lenyap. 

Dalam kiriminologi ada dua pendekatan untuk mengurangi jumlah dan kualitas kejahatan yaitu dengan menekan motif dan memperbaiki sistem untuk mempersempit ruang kejahatan.

Semakin tipisnya mentalitas Condor akan menekan motif kriminal. Pendekatan kesadaran moral individu harus diikuti pengembangan sistem tata kelola yang cerdas, transparan dan akuntabel.

Kita membutuhkan literasi Covid-19 yang cerdas dan kritis dengan pendekatan andragogi yaitu proses pendidikan orang dewasa. 

Alexander Kapp (1833), seorang pendidik dari Jerman, tercatat sebagai pionir pendidikan andragogi. Pendidikan orang dewasa diharapkan dapat membentuk perilaku dalam budi pekerti lubur yang tangkas dan cerdas dengan mentalitas Rajawali. (TA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun